KIMIA
ANALITIK
“IDENTIFIKASI ANION”
DI
SUSUN OLEH:
KAHARUDDIN
16
3145 453 097
16
C
PROGRAM
STUDI DIII ANALISIS KESEHATAN
STIKES
MEGA REZKY MAKASSAR
T.A
2016/2017
A. Pengertian
Kimia analitik dapat dibagi dalam 2 bidang, yaitu
analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas
tentang identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur atau senyawa apa yang
terdapat dalam suatu sampel. Sedangkan analisis kuantitatif berurusan dengan
penetapan banyaknya satu zat tertentu yang ada dalam sampel (A.L.
Underwood :1993).
Banyak
pendekatan yang dapat digunakan untuk melakukan analisis kualitatif.
Ion-ion dapat diidentifikasi berdasarkan sifat fisika dan kimianya. Beberapa
metode analisis kualitatif modern menggunakan sifat fisika seperti warna,
spektrum absorpsi, spektrum emisi, atau medan magnet untuk
mengidentifikasi ion pada tingkat konsentrasi yang rendah. Namun demikian
kita juga dapat menggunakan sifat fisika dan kimia untuk mengembangkan suatu
metode analisis kualitatif menggunakan alat-alat yang sederhana yang
dipunyai hampir semua laboratorium. Sifat fisika yang dapat diamati
langsung seperti warna, bau, terbentuknya gelembung gas atau pun endapan
merupakan informasi awal yang berguna untuk analisis selanjutnya.(Svehla,
1990)
Analisa kualitatif menggunakan dua macam uji, reaksi
kering dan reaksi basah. Reaksi kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan
reaksi basah untuk zat dalam larutan. Reaksi kering ialah sejumlah uji yang
berguna dapat dilakukan dalam keadaan kering, yakni tanpa melarutkan contoh.
Petunjuk untuk operasi semacam ialah pemanasan, uji pipa tiup, uji nyala, uji
spektroskopi dan uji manik. Reaksi basah ialah uji yang dibuat dengan zat-zat
dalam larutan. Suatu reaksi diketahui berlangsung dengan terbentuknya endapan,
dengan pembebasan gas dan dengan perubahan warna. Mayoritas reaksi analisis
kualitatif dilakukan dengan cara basah
(G. Svehla : 1985)
Pemisahan anion-anion ke dalam
golongan utama tergantung pada kelarutan garam pelarutnya. Garam kalsium, garam
barium, garam zink ini hanya boleh dianggap berguna untuk memberi identifikasi
dari keterbatasan-keterbatasan metode ini. Skema identifiasi anion bukanlah
skema yang baku, karena satu anion termasuk dalam lebih dari satu subgolongan.
Umumnya anion dibagi ke dalam tiga golongan, yaitu :
Golongan Sulfat : SO42-, SO32-, PO42-, Cr2O4-, BO2-, CO32-, C2O42-, AsO43-.
Golongan Halida : Cl-, Br-, I-, S2-.
Golongan Nitrat : NO3-, NO2-, C2H3O2- (Svehla, 1985).
Penentuan anion berlaku untuk dua bagian. Untuk penentuan ini CO3- dan HCO3- dan untuk penentuan anion-anion yang lain. Untuk pnentuan anion-anion yang lain, bahan diberi larutan Na2CO3 lalu dimasak. Bila terjadi endapan, campuran ini digunakan; bila terbentuk endapan, disaring dan dicuci filtrat yan digunakan. Untuk setiap anion yang diambil sebagian dari cairan tersebu dilakukan rekasi-reaksi yang membedakan anion yang sedang dicuci dari anion yang lain (Schank, 1990).
Analisa anion bertujuan untuk menganalisa adanya ion dalam sampel. Analisa anion dapat juga digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti dalam pemeriksaan darah, urin, dan sebagainya. Beberapa anion menunjukkan kenampakan yang sama dalam pemeriksaan. Untuk itu analisa anion mutlak digunakan untuk mengidentifikasi masing – masing anion yang ada. Zat yang biasa digunakan dalam proses pengendapan terhadap uji anion adalah zat pengendapan anorganik. Zat pengendapan anorganik umumnya menyebabkan terbentuknya garam atau senyawa hidroksida yang sukar larut (Harjadi, 1990).
Golongan Sulfat : SO42-, SO32-, PO42-, Cr2O4-, BO2-, CO32-, C2O42-, AsO43-.
Golongan Halida : Cl-, Br-, I-, S2-.
Golongan Nitrat : NO3-, NO2-, C2H3O2- (Svehla, 1985).
Penentuan anion berlaku untuk dua bagian. Untuk penentuan ini CO3- dan HCO3- dan untuk penentuan anion-anion yang lain. Untuk pnentuan anion-anion yang lain, bahan diberi larutan Na2CO3 lalu dimasak. Bila terjadi endapan, campuran ini digunakan; bila terbentuk endapan, disaring dan dicuci filtrat yan digunakan. Untuk setiap anion yang diambil sebagian dari cairan tersebu dilakukan rekasi-reaksi yang membedakan anion yang sedang dicuci dari anion yang lain (Schank, 1990).
Analisa anion bertujuan untuk menganalisa adanya ion dalam sampel. Analisa anion dapat juga digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti dalam pemeriksaan darah, urin, dan sebagainya. Beberapa anion menunjukkan kenampakan yang sama dalam pemeriksaan. Untuk itu analisa anion mutlak digunakan untuk mengidentifikasi masing – masing anion yang ada. Zat yang biasa digunakan dalam proses pengendapan terhadap uji anion adalah zat pengendapan anorganik. Zat pengendapan anorganik umumnya menyebabkan terbentuknya garam atau senyawa hidroksida yang sukar larut (Harjadi, 1990).
B.
Jenis- Jenis
Anion
1.
Anion
sulfat
A. Anion SO42- dan
Keadaannya Di Alam
Ion sulfat
merupakan sejenis anion poliatom dengan rumus empiris SO42-
dengan massa molekul 96,06 satuan massa atom; ia terdiri dari atom pusat sulfur
dikelilingi oleh empat atom oksigen dalam susunan tetrahidron. Ion sulfat
bermuatan dua negatif dan merupakan basa konjugat ion hidrogen sulfat
(bisulfat), terdapat sulfat organik seperti dimetil sulfat yang merupakan
senyawa kovalen dengan rumus (CH3O)2SO2 dan
merupakan ester asam sulfat
(Nuvi Oktaviani Pratiwi;2015).
Kebanyakan
sulfat sangat larut dalam air kecuali dalam kalsium sulfat, stronsium sulfat,
dan barium sulfat yang tak larut. Barium sulfat sangat berguna dalam analisis
gravimetri sulfat; penambahan barium klorida pada suatu larutan yang mengandung
ion sulfat terlihat endapan putih yang menunjukkan anion sulfat (Nuvi Oktaviani Pratiwi;2015).
Ion sulfat bisa
menjadi satu dengan ligan menghubungkan mana-mana satu dengan oksigen
monodentat atau dua oksigen. Contoh molekul logam netral kompleks PtSO4P(C6H5)32
dimana ion sulfat berperan sebagai ligan bidentat. Ikatan oksigen-logam dalam
molekul sulfat kompleks mempunyai ciri kovalen (Nuvi Oktaviani Pratiwi;2015).
Sulfat berwujud
sebagai zat mikroskopik (aerosol) hasil dari bahan bakar fosil dan biomassa
yang dapat menambah keasaman atmosfer dan mengakibatkan hujan asam (Nuvi Oktaviani Pratiwi;2015).
B. Pemanfaatan Anion SO42- : (Nuvi
Oktaviani Pratiwi;2015)
1. Na2SO4, suatu obat emesis (pembuat muntah).
2. Al2(SO4)3, zat penjernih air yang dikenal
dengan tawas.
3. BaSO4, suatu pigmen putih untuk bahan cat.
4. CaSO4(gips), banyak digunakan untuk menyambung tulang yang
patah.
5.
Cu5SO4.5H2O, terasi(zat
fungsisida/pembasmi jamur)untuk tanaman dan kayu.
6.
FeSO4 .7H2O, di pakai untuk membuat tinta.
7.
(NH4)2SO4, suatu jenis pupuk yang dikenal
sebagai pupuk Z.A. (Zwavel Amoniak).
8.
NaHSO4, banyak digunakan sebagai pembersih kamar mandi untuk
melarutkan endapan yang ditimbulkan oleh air ledeng atau air sadah.
C. Cara Menaganalisis Anion SO42-; (Nuvi
Oktaviani Pratiwi;2015)
Sulfat, SO42-.
Kelarutan: Sulfat dari barium, strontium dan timbel praktis tidak larut
dalam air, sulfat dari kalsim dan merkurium(II) larut sedikit, dan kebanyakan
sulfat dari logam-logam sisanya, larut. Beberapa sulfat basa, misalnya dari
merkurium, bismut, dan kromium, juga tak larut dalam air, tetapi larut dalam
asam klorida encer atau asam nitrat encer (Nuvi Oktaviani Pratiwi;2015).
Asam sulfat
adalah cairan yang tak berwarna, seperti minyak dan higroskopik, dengan berat
jenis 1,838. asam pekatnya yang murni dan komersial, adalah suatu campuran
bertitik-didih konstan, dengan titik didih 338o dan mengandung asam
kira-kira 98%. Cairan ini dapat bercampur dengan air dalam semua perbandingan
dengan melepaskan panas yang banyak sekali; ketika mencampurkan keduanya, asam
harus selalu dituang dalam aliran yang tipis ke dalam air (jika air yang dituangkan
kepada asam yang lebih berat itu, uap mungkin dengan tiba-tiba akan terbentuk
yang akan mengangkat ke atas sedikit asam bersamanya, sehingga mungkin
menimbulkan cedera yang berat). Untuk mempelajari reaksi-reaksi pada sulfat (SO42-),
digunakan larutan natrium sulfat, Na2SO4.10H2O,
0,1 M (Nuvi Oktaviani Pratiwi;2015).
2. Anion Sianida
A. Sifat – Sifat Kimia dan Fisika Sianida
Sianida
[:C≡C:] adalah senyawa kimia monovalen yang membentuk kelompok CN.
Kelompok ini, yang dikenal sebagai kelompok siano, terdiri dari atom karbon
yang berikatan rangkap tiga dengan atom nitrogen. Ikatan atom rangkap tiga
memiliki kekuatan yang lebih disbanding ikatan tunggal dan ikatan rangkap dua
(Priyantoamak;2011).
Beberapa
senyawa sianida anorganik, seperti natrium sianida dan potassium sianida,
merupakan kelompok senyawa yang memiliki ion sianida poliatomik bermuatan
negatif (CN–); senyawa ini merupakan garam dari asam hidrosianat
yang sangat beracun. Ion sianida adalah isoelektrik dengan karbon monoksida
danmolekulnitrogen (Priyantoamak;2011).
Beberapa
jenis sianida organik biasanya disebut nitril; pada senyawa jenis ini, gugus CN
berikatan kovalen dengan gugus karbon, seperti metil (CH3) di metil
sianida (asetonitril). Karena senyawa nitril tidak melepaskan ion sianida
bebas, maka senyawa ini umumnya kurang beracun, atau dalam kasus polimer tidak
larut seperti serat akrilik, pada dasarnya tidak beracun kecuali dibakar
(Priyantoamak;2011).
Asam
hidrosianat yang umumnya dikenal sebagai hidrogen sianida atau HCN, adalah
cairan yang sangat volatile, digunakan untuk mempersiapkan akrilonitril, yang
digunakan dalam produksi serat akrilik, karet sintetis, dan plastik. Sianida
digunakan juga di banyak proses kimia, antara lain ; fumigasi, bahan untuk
pengerasan besi dan baja, pelarut dalam proses hydrometallurgy mineral logam,
proses penyepuhan perhiasan logam mulia, dan sebagainya.
Larutan HCN sangat mudah mendidih dan menguap. Titik didih dan penguapan HCN berada di kisaran suhu 260C, atau hanya sedikit di atas suhu kamar (250C). Penguapan mengakibatkan resiko tercemarnya udara di sekitar larutan hidrogen sianida, yang dapat menimbulkan efek keracunan terhadap mahluk hidup yang menghirup udara yang telah tercemar sianida. Uap dari HCN memiliki bau khas menyengat yang keras dan mematikan. Konsentrasi gas hidrogen sianida yang lebih dari 0,3 mg / liter udara dapat membunuh manusia dalam kisaran waktu 10-60 menit. Konsentrasi hidrogen sianida dalam suatu larutan yang lebih dari 3500 ppm (sekitar 3,5 g / liter) akan membunuh manusia di sekitar 1 menit atau lebih (Priyantoamak;2011).
Larutan HCN sangat mudah mendidih dan menguap. Titik didih dan penguapan HCN berada di kisaran suhu 260C, atau hanya sedikit di atas suhu kamar (250C). Penguapan mengakibatkan resiko tercemarnya udara di sekitar larutan hidrogen sianida, yang dapat menimbulkan efek keracunan terhadap mahluk hidup yang menghirup udara yang telah tercemar sianida. Uap dari HCN memiliki bau khas menyengat yang keras dan mematikan. Konsentrasi gas hidrogen sianida yang lebih dari 0,3 mg / liter udara dapat membunuh manusia dalam kisaran waktu 10-60 menit. Konsentrasi hidrogen sianida dalam suatu larutan yang lebih dari 3500 ppm (sekitar 3,5 g / liter) akan membunuh manusia di sekitar 1 menit atau lebih (Priyantoamak;2011).
Penurunan
suhu larutan sianida menggunakan alat atau zat pendingin dapat mengurangi
resiko tingginya penguapan sianida, yang sekaligus bisa menekan bau yang
ditimbulkan oleh larutan yang mengandung sianida.
Dalam kasus almarhum Mirna Salihin, jika memang kopi yang diminum mengandung sianida, maka jenis sianida yang larut di dalam kopi adalah larutan alkali sianida yang bercampur dengan larutan soda api, dan bukanlah larutan asam sianida. Keberadaan es batu dalam cairan kopi akan sangat membantu menurunkan tingkat penguapan gas sianida (pada pH dibawah 12 tingkat pembentukan HCN akan makin tinggi), dan dengan sendirinya mengurangi bau khas asam sianida (HCN) di udara dan di cairan kopi yang di minum (Priyantoamak;2011).
Dalam kasus almarhum Mirna Salihin, jika memang kopi yang diminum mengandung sianida, maka jenis sianida yang larut di dalam kopi adalah larutan alkali sianida yang bercampur dengan larutan soda api, dan bukanlah larutan asam sianida. Keberadaan es batu dalam cairan kopi akan sangat membantu menurunkan tingkat penguapan gas sianida (pada pH dibawah 12 tingkat pembentukan HCN akan makin tinggi), dan dengan sendirinya mengurangi bau khas asam sianida (HCN) di udara dan di cairan kopi yang di minum (Priyantoamak;2011).
HCN dapat
diperoleh dari buah-buahan yang memiliki biji dan rongga semacam ceri, aprikot,
apel, almond pahit, dan sebagainya. Umbi-umbian juga mengandung sianida dengan
kadar yang bervariasi. Hidrogen sianida juga ditemukan pada bunga-bunga pada
tamanan kacang-kacangan, misalnya pada bunga tanaman Lotus Australis. Sianida
juga ditemukan pada dedaunan, antara lain daun singkong. Hewan merayap sejenis
kaki seribu (lipan) melepaskan hidrogen sianida sebagai mekanisme pertahanan,
seperti halnya serangga tertentu, seperti beberapa ngengat. Hidrogen sianida
juga ditemukan dalam tembakau asap kayu dan dedaunan, dan asap dari pembakaran
plastik yang mengandung nitrogen. 1,5 kg biji apel yang dihancurkan bisa
dihasilkan sekitar 1 gram HCN. Kandungan sianida bisa mencapai 1 gram dalam
setiap kilogram umbi dari ubi kayu racun.
Sianida yang terkandung dalam tumbuhan berasal dari gugus fungsional kelompok senyawa cyanohydrins. Sianohidrin adalah suatu gugus fungsional kimia yang ditemukan dalam senyawa organik. Cyanohydrins dapat dibentuk oleh reaksi sianohidrin, yang melibatkan pemurnian keton atau aldehida dengan hidrogen sianida (HCN) dengan adanya kelebihan alkali sianida (XCN) sebagai katalis (Priyantoamak;2011).
Sianida yang terkandung dalam tumbuhan berasal dari gugus fungsional kelompok senyawa cyanohydrins. Sianohidrin adalah suatu gugus fungsional kimia yang ditemukan dalam senyawa organik. Cyanohydrins dapat dibentuk oleh reaksi sianohidrin, yang melibatkan pemurnian keton atau aldehida dengan hidrogen sianida (HCN) dengan adanya kelebihan alkali sianida (XCN) sebagai katalis (Priyantoamak;2011).
RR’C=O+HCN→RR’C(OH)CN
Dalam reaksi di atas, nukleofilik
dari ion CN– menyerang elektrofilik karbon karbonil di keton,
diikuti oleh protonasi yang dilakukan HCN, sehingga menghasilkan anion sianida
(Priyantoamak;2011).
Gugus
fungsional cyanohydrins yang terdapat dalam tumbuhan juga terbagi menjadi senyawa-senyawa
mandelonitril, amygdalin, linamarin, dan lotaustralin (Priyantoamak;2011).
a) Amygdalin
Laetrile
Amygdalin adalah
glikosida sianogen yang berasal dari fenilalanin asam amino aromatik. Amygdalin
dan prunasin sangat umum ditemukan pada tanaman rosaceae, khususnya genus
Prunus, Poaceae (rumput), Fabaceae (kacang-kacangan), dan pada tanaman pangan
lainnya, termasuk biji rami dan ubi kayu.
Sejak awal 1950-an penelitian telah menemukan bahwa amygdalin / laetrile (laetrile = nama lain dari amygdalin) bisa digunakan sebagai obat kanker alternatif, sering dengan menggunakan nama Vitamin B17. Namun penggunaan yang berlebihan dapat menimbulkan efek keracunan sianida (Priyantoamak;2011).
Sejak awal 1950-an penelitian telah menemukan bahwa amygdalin / laetrile (laetrile = nama lain dari amygdalin) bisa digunakan sebagai obat kanker alternatif, sering dengan menggunakan nama Vitamin B17. Namun penggunaan yang berlebihan dapat menimbulkan efek keracunan sianida (Priyantoamak;2011).
b)
Linamarin
Linamarin adalah glukosida cyanogenik yang ditemukan pada daun dan akar tanaman seperti singkong, kacang lima, dan rami. Senyawa ini adalah glukosida aseton sianohidrin. Setelah paparan enzim dan flora usus dalam usus manusia, alcohol dari linamarin dan lotaustralin dapat terurai menjadi senyawa hydrogen sianida yang beracun. Munculnya sianida dari linamarin biasanya berlangsung secara enzimatik dan terjadi ketika linamarin terkena enzim linamarase, suatu enzim yang biasanya berada di dalam dinding sel tanaman singkong.
Oleh karena itu untuk mengkonsumsi makanan yang berasal dari tumbuhan beracun sejenis linamarin maka makanan menggunakan tanaman yang mengandung jumlah yang signifikan dari linamarin, perlu dilakukan persiapan pembuangan terlebih dahulu racun (detoksifikasi) yang terdapat di dalam tumbuhan tersebut. Racun linamarin yang terdapat dalam ubi kayu atau ubi kayu beracun bisa dikurangi dengan cara hidrolisis dan pemisahan cairan hasil hidrolisis dari sari pati umbi yang akan diproses selanjutnya melalui perebusan, pengukusan, atau penggorengan. Memasak merupakan salah satu cara mengurangi kadar racun dari ubi kayu. Sebagian kecil dari jenis ubi kayu memiliki kandungan racun sianida yang tinggi, namun sebagian besar jenis ubi kayu hanya mengandung sianida dalam jumlah yang kecil. Menghindari mengkonsumsi ubi racun merupakan cara aman yang terbaik (Priyantoamak;2011).
Linamarin adalah glukosida cyanogenik yang ditemukan pada daun dan akar tanaman seperti singkong, kacang lima, dan rami. Senyawa ini adalah glukosida aseton sianohidrin. Setelah paparan enzim dan flora usus dalam usus manusia, alcohol dari linamarin dan lotaustralin dapat terurai menjadi senyawa hydrogen sianida yang beracun. Munculnya sianida dari linamarin biasanya berlangsung secara enzimatik dan terjadi ketika linamarin terkena enzim linamarase, suatu enzim yang biasanya berada di dalam dinding sel tanaman singkong.
Oleh karena itu untuk mengkonsumsi makanan yang berasal dari tumbuhan beracun sejenis linamarin maka makanan menggunakan tanaman yang mengandung jumlah yang signifikan dari linamarin, perlu dilakukan persiapan pembuangan terlebih dahulu racun (detoksifikasi) yang terdapat di dalam tumbuhan tersebut. Racun linamarin yang terdapat dalam ubi kayu atau ubi kayu beracun bisa dikurangi dengan cara hidrolisis dan pemisahan cairan hasil hidrolisis dari sari pati umbi yang akan diproses selanjutnya melalui perebusan, pengukusan, atau penggorengan. Memasak merupakan salah satu cara mengurangi kadar racun dari ubi kayu. Sebagian kecil dari jenis ubi kayu memiliki kandungan racun sianida yang tinggi, namun sebagian besar jenis ubi kayu hanya mengandung sianida dalam jumlah yang kecil. Menghindari mengkonsumsi ubi racun merupakan cara aman yang terbaik (Priyantoamak;2011).
c) Lotaustralin
Lotaustralin juga merupakan glikosida sianogen, yang ditemukan dalam jumlah kecil di Fabaceae Austral Trefoil (Lotus australis), singkong (Manihot esculenta), kacang lima (Phaseolus lunatus), roseroot (Rhodiola rosea) dan semanggi putih (Trifolium repens). Lotaustralin adalah glukosida metil etil keton sianohidrin dan secara struktural terkait dengan linamarin. Baik linamarin maupun lotaustralin dapat dihidrolisis oleh enzim linamarase untuk membentuk glukosa dan senyawa hidrogen sianida yang beracun (Priyantoamak;2011).
Lotaustralin juga merupakan glikosida sianogen, yang ditemukan dalam jumlah kecil di Fabaceae Austral Trefoil (Lotus australis), singkong (Manihot esculenta), kacang lima (Phaseolus lunatus), roseroot (Rhodiola rosea) dan semanggi putih (Trifolium repens). Lotaustralin adalah glukosida metil etil keton sianohidrin dan secara struktural terkait dengan linamarin. Baik linamarin maupun lotaustralin dapat dihidrolisis oleh enzim linamarase untuk membentuk glukosa dan senyawa hidrogen sianida yang beracun (Priyantoamak;2011).
B. Berbagai Fungsi dan Kegunaan Sianida
Sianida
umumnya diperdagangkan dalam bentuk senyawa padat alkali sianida, yang bisa
ditemukan dalam senyawa NaCN (sodium sianida) dan KCN (potassium sianida).
Sianida digunakan dalam berbagai bidang, antara lain ; pembasmi hama pada
pertanian, pelarut logam dalam proses ekstraksi logam dari batuan mineralnya
(misalnya ekstraksi emas menggunakan sianida), penyepuhan perhiasan yang
terbuat dari logam mulia, sebagai katalis pada industri pembuatan polimer, cat
air dan laundry blue (Prussian Blue), dan sebagainya.Tidak semua senyawa
sianida bersifat racun. Senyawa-senyawa yang bersifat racun adalah
senyawa-senyawa yang bisa mendissosiasi (melepaskan) ion sianida bebas dari
senyawanya (Priyantoamak;2011).
Penggunaan
Sianida Dalam Industri Penambangan Emas dan Perak
Sianida memiliki peran yang sangat penting dalam ekstraksi emas berukuran mikro dan nano dari batuan asalnya. Umumnya jenis sianida yang digunakan dalam proses ekstraksi emas adalah alkali sianida, yang bisa berupa senyawa NaCN atau KCN (Priyantoamak;2011).
Sianida memiliki peran yang sangat penting dalam ekstraksi emas berukuran mikro dan nano dari batuan asalnya. Umumnya jenis sianida yang digunakan dalam proses ekstraksi emas adalah alkali sianida, yang bisa berupa senyawa NaCN atau KCN (Priyantoamak;2011).
4 Au (s)
+ 8 NaCN (l) + O2 (g) + 2 H2O (aq)
→ 4 Na[Au(CN)2] (l) + 4 NaOH (l)
……………(i)
Atau bisa
ditulis dalam bentuk ion dalam persamaan reaksi berikut ini :
4 Au (s)
+ 8 Na+ + 8 CN– + O2 + H2O
→ 8 Na+ + 4 Au(CN)2– + 4 OH–
…………..……(ii)
Dari 2
persamaan reaksi (i) dan (ii), logam emas larut oleh ion sianida, membentuk
anion kompleks Au(CN)2–. Larutan emas ini selanjutnya
diadsorbsi menggunakan adsorbent karbon aktif atau granular resin anion yang
bisa dipisahkan dari lumpur melalui proses penyaringan partikel kasar.
Disamping NaCN atau KCN, ion kompleks heksasianoferat III Fe(CN)63- juga bisa digunakan sebagai oksidator dan pelarut emas dalam proses sianidasi.
Senyawa ferri sianida dan ferrosianida memiliki tingkat toksik yang relatif rendah dibanding senyawa alkali sianida, disebabkan ikatan antara ion besi II dan besi III dan ion sianida yang jauh lebih kuat. Namun penurunan pH yang terjadi akibat naiknya konsentrasi ion hidrogen dalam larutan ferri atau ferro sianida dapat melepaskan senyawa hydrogen sianida yang beracun dari larutannya (Priyantoamak;2011).
Disamping NaCN atau KCN, ion kompleks heksasianoferat III Fe(CN)63- juga bisa digunakan sebagai oksidator dan pelarut emas dalam proses sianidasi.
Senyawa ferri sianida dan ferrosianida memiliki tingkat toksik yang relatif rendah dibanding senyawa alkali sianida, disebabkan ikatan antara ion besi II dan besi III dan ion sianida yang jauh lebih kuat. Namun penurunan pH yang terjadi akibat naiknya konsentrasi ion hidrogen dalam larutan ferri atau ferro sianida dapat melepaskan senyawa hydrogen sianida yang beracun dari larutannya (Priyantoamak;2011).
Penggunaan Sianida Dalam Industri
Pembuatan Pigmen Warna Prussian Blue
Prussian Blue atau zat kimia Biru
Prusia merupakan pigmen biru tua dengan rumus kimia yang ideal Fe7(CN)18.
Namun untuk lebih memahami ikatan kimia dalam senyawa kompleks nya, Prussian
blue dapat juga ditulis dengan rumus kimia Fe4[Fe(CN)6]3•xH2O.
Nama lain dari Prussian blue bisa juga disebut Berlin Blue atau biru berlin
(Priyantoamak;2011).
Prussian Blue
dibuat dari reaksi kimia antara larutan alkali ferro-sianida dan larutan jenuh
besi III klorida. Kombinasi dari ion ferri yang berasal dari larutan jenuh besi
III klorida dan ion ferro sianida membentuk pigmen warna yang memiliki warna
biru tua. Prussian Blue bersifat non-toksik (tidak beracun) dan justru bisa
digunakan sebagai obat. (Kontroversi
keterangan saksi ahli Prof. Beng Beng Ong pada Persidangan Jessica Kumala
Wongso) (Priyantoamak;2011).
Prussian Blue
digunakan secara luas dalam berbagai bidang. Pengguna terbesar dari pigmen ini
adalah industri cat dan tinta cair, pembiru pakaian putih saat dibilas (laundry
blue atau blau).
Prussian Blue juga digunakan sebagai obat bagi beberapa jenis keracunan logam berat, misalnya keracunan yang disebabkan oleh logam thalium dan isotop radioaktif cesium. Untuk pengobatan keracunan, Prussian Blue diberikan secara oral (Priyantoamak;2011).
Prussian Blue juga digunakan sebagai obat bagi beberapa jenis keracunan logam berat, misalnya keracunan yang disebabkan oleh logam thalium dan isotop radioaktif cesium. Untuk pengobatan keracunan, Prussian Blue diberikan secara oral (Priyantoamak;2011).
C. Cara Pembuatan Sianida
Sianida yang
beredar di pasaran umumnya merupakan senyawa natrium sianida, potassium
sianida, calcium cyanamide, ferro sianida, ferri sianida, dan Biru Prusia
(Prussian Blue). Senyawa natrium dan kalium sianida memiliki sifat racun yang
sangat kuat. Senyawa kalsium sianida digunakan sebagai pupuk pertanian, dan
memiliki tingkat racun yang relatif tinggi jika masuk ke tubuh melalui oral.
Senyawa kompleks Ferro dan ferri sianida bersifat low toksik, karena memiliki
ikatan kimia antara ion besi dan sianida yang sangat kuat. Adapun Prussian Blue
merupakan senyawa kimia sianida tidak beracun (non-toksik) dan aman digunakan
secara oral (Priyantoamak;2011).
Pembuatan Hidrogen
Sianida
Proses pembuatan asam sianida
(HCN) yang paling sering dilakukan menggunakan metode oksidasi Andrussow, yang
diciptakan oleh Leonid Andrussow, dimana metana, amonia, dan oksigen, yang
menggunakan katalis platina, bereaksi pada suhu sekitar 1200 ° C (Priyantoamak;2011).
2 CH4 + 2 NH3
+ 3 O2 → 2 HCN + 6 H2O
………………………….(iii)
Energi yang dibutuhkan untuk reaksi ini berasal dari panas yang timbul akibat reaksi oksidasi parsial metana dan amonia.
Proses pembuatan HCN lainnya adalah proses Degussa (BMA proses) di mana tidak ada oksigen ditambahkan dan energi harus ditransfer secara tidak langsung melalui dinding reaktor (Priyantoamak;2011).
Energi yang dibutuhkan untuk reaksi ini berasal dari panas yang timbul akibat reaksi oksidasi parsial metana dan amonia.
Proses pembuatan HCN lainnya adalah proses Degussa (BMA proses) di mana tidak ada oksigen ditambahkan dan energi harus ditransfer secara tidak langsung melalui dinding reaktor (Priyantoamak;2011).
CH4 + NH3
→ HCN + 3 H2
……………..……………….(iv)
Asam hidrosianat (HCN) juga
bisa diekstrak dari daun, bunga, atau umbi-umbian dari tanaman beracun yang
memiliki cyanohydrins, dengan cara hidrolisis yang diikuti proses pengasaman
dan penyulingan (Priyantoamak;2011).
Pembuatan Sodium Sianida
Pada awal mulai diproduksinya sodium sianida, system produksi menggunakan proses Castner-Kellner, yang merupakan reaksi kimia antara natrium amida dan karbon pada suhu tinggi.
NaNH2 + C → NaCN + H2 ……………….……………(v) (Priyantoamak;2011)
Pada awal mulai diproduksinya sodium sianida, system produksi menggunakan proses Castner-Kellner, yang merupakan reaksi kimia antara natrium amida dan karbon pada suhu tinggi.
NaNH2 + C → NaCN + H2 ……………….……………(v) (Priyantoamak;2011)
Perkembangan teknologi membuat proses yang
menggunakan metode Castner-Kellner menjadi kuno, dan digantikan oleh proses
yang lebih efisien. Saat ini sodium sianida diproduksi melalui reaksi kimia
substitusi antara hidrogen sianida dengan natrium hidroksida:
(Priyantoamak;2011)
HCN + NaOH →
NaCN + H2O
………………..(vi)
Karena garam ini berasal dari
asam lemah dan basa kuat, maka senyawa NaCN mudah beralih ke HCN pada saat
dilakukan hidrolisis. Meskipun pada pH yang tinggi dalam larutannya, sebagian
kecil dari sianida tetap terlepas dan membentuk gas hydrogen sianida yang
berbau seperti almond pahit (tidak semua orang bisa mencium bau khas ini).
Sodium sianida bereaksi cepat dengan asam kuat, melepaskan gas hidrogen sianida
yang jumlahnya sebanding dengan ion hydrogen yang ditambahkan. Gas HCN yang
terlepas bersifat sangat toksik dan dapat menyebabkan kematian
(Priyantoamak;2011).
Sodium sianida juga bisa
dihasilkan dari senyawa kalsium sianamida (calcium cyanamide Ca(CN)2)
melalui 2 tahapan reaksi kimia sebagai berikut : (Priyantoamak;2011)
Ca(CN)2 + 2 HX (l) →
CaX + 2 HCN (l)
………………………(vii)
2 HCN (l) + NaOH (l) → NaCN (l) + H2O (aq) ………………………(viii)
2 HCN (l) + NaOH (l) → NaCN (l) + H2O (aq) ………………………(viii)
Alkali
Sianida juga bisa diproduksi dari proses hidrolisis senyawa cyanohydrins yang
berasal dari tanam-tanaman, yang diikuti beberapa proses lainnya, dan diakhiri
melalui proses stabilisasi menggunakan larutan NaOH atau KOH
(Priyantoamak;2011).
D. Ciri-Ciri Keracunan Sianida
Keracunan sianida terjadi ketika organisme hidup terkena senyawa yang
menghasilkan ion sianida (CN-) ketika dilarutkan dalam air. senyawa sianida
yang beracun umum termasuk gas hidrogen sianida dan sianida padatan kristal
kalium, natrium sianida, dan calcium cyanamide. Ion sianida menghentikan
respirasi sel dengan menghambat enzim sitokrom c oksidase yang berada di dalam
mitokondria (Priyantoamak;2011).
Keracunan sianida biasanya sulit dideteksi secara visual. Efek dari
menelan sianida sangat mirip dengan efek dari mati lemas, karena sianida
menghentikan kemampuan sel-sel tubuh dalam menggunakan oksigen, suatu zat yang
sangat vital untuk kehidupan sel tubuh. Gejala-gejala keracunan sianida sangat
mirip dengan kekurangan oksigen yang dialami ketika hiking atau mendaki di
ketinggian (Priyantoamak;2011).
Pada dosis yang lebih rendah, kehilangan kesadaran seseorang mungkin
didahului oleh kelemahan umum, pusing, sakit kepala, vertigo, kebingungan, dan
kesulitan bernafas. Pada tahap pertama dari ketidaksadaran, pernapasan
seringkali cukup atau bahkan cepat, meskipun keadaan korban berlangsung menuju
koma, kadang disertai edema paru, dan pada akhirnya menyerang jantung
(Priyantoamak;2011).
Biasanya, konsumsi akut akan memiliki dramatis, onset yang cepat,
mempengaruhi jantung dengan cepat dan dapat menghentikan detak jantung secara
tiba-tiba. Keracunan sianida juga dapat langsung mempengaruhi otak dan
menyebabkan kejang atau koma. Jika sianida yang dihirup menyebabkan koma dengan
kejang, apnea, dan serangan jantung, kematian sudah dalam hitungan detik.
Sianida tidak langsung menyebabkan sianosis. Dosis fatal bagi manusia bisa
terjadi mulai dari 1,5 mg / kg berat badan. Berat tubuh sekitar 50 kg mungkin
bisa mengalami kematian jika menelan minimum 75 mg sianida (Priyantoamak;2011).
Kulit orang yang terkena racun sianida sianida kadang-kadang bisa
menjadi sangat merah muda atau merah ceri, dan berubah menjadi gelap, yang
disebabkan oksigen yang tertinggal di dalam darah dan tidak masuk ke dalam sel.
Penderita mungkin juga bernapas sangat cepat dan memiliki detak jantung sangat
cepat atau sangat lambat. Terkadang napas seorang yang keracunan bisa berbau
seperti almond pahit, meskipun ini mungkin sulit dideteksi (Priyantoamak;2011).
E. Cara Menetralisir Racun Sianida
Sianida bisa
dinetralisir menggunakan beberapa jenis senyawa kimia. Pencegahan pencemaran
sianida di perairan bisa dilakukan menggunakan beberapa jenis bahan kimia.
Demikian juga dengan keracunan sianida pada manusia, yang juga bisa disembuhkan
menggunakan beberapa jenis bahan kimia (Priyantoamak;2011).
Penetralisiran Kontaminasi Sianida di Perairan Yang Tercemar Perairan yang tercemar oleh sianida bisa dinetralkan menggunakan senyawa-senyawa kimia, antara lain ; hydrogen peroksida H2O2, besi II sulfat atau besi II klorida, besi II hidroksida, klorinasi pada pH tinggi, dan menggunakan cahaya ultraviolet dari matahari (Priyantoamak;2011).
Hidrogen
Peroksida
Efek racun dari
sianida bisa dikurangi atau dinetralisir menggunakan larutan hydrogen peroksida
(H2O2). Proses ini umumnya dilakukan di industry
penambangan emas, yang menggunakan sianida sebagai pelarut bijih emas.
Detoksifikasi menggunakan H2O2 juga dilakukan pada
industri pelapisan emas pada perhiasan emas, dan beberapa industry yang
menggunakan sianida sebagai salah satu bahan kimia dalam proses produksinya.
Pada proses detoksifikasi sianida menggunakan H2O2,
sianida bereaksi dengan peroksida menghasilkan senyawa baru NaOCN yang kurang
beracun, dan air (Priyantoamak;2011).
NaCN + H2O2
→ NaOCN + H2O
…………….…………………(ix)
Hidrogen
peroksida tak bisa digunakan untuk mengobati pasien yang terpapar racun
sianida, karena memiliki karakter reaksi yang bisa membahayakan tubuh manusia
(Priyantoamak;2011).
Pengobatan Penderita Keracunan Sianida
Senyawa
sianida tidak menimbulkan efek yang berarti terhadap kulit luar seseorang. Jika
pun terjadi iritasi atau gatal-gatal, hal itu lebih disebabkan oleh senyawa
alkali hidroksida (NaOH atau KOH) yang bercampur bersama alkali sianida. Kulit
yang terkena alkali sianida (NaCN atau KCN) akan terasa licin pada saat basah,
yang lama-kelamaan berubah menjadi agak lengket pada saat kulit yang terkena
mendekati kering. Membersihkan bagian kulit yang terpapar cairan sianida bisa
dilakukan menggunakan air yang dikombinasi dengan sabun, dilanjutkan pembilasan
menggunakan air bersih dalam jumlah yang banyak, hingga bagian kulit yang
terkena sudah tak terasa licin dan lengket(Priyantoamak;2011).
Racun sianida bisa masuk ke dalam tubuh bisa melaui mulut, hidung, dan suntikan ke dalam darah. Sianida yang masuk bereaksi dengan cepat di dalam darah, dan dalam dosis yang cukup sangat bisa menimbulkan efek kematian. Hingga kini telah ditemukan beberapa jenis senyawa kimia yang mampu mengobati keracunan sianida. Senyawa-senyawa kimia tersebut dijelaskan pada bagian berikut ini (Priyantoamak;2011).
Racun sianida bisa masuk ke dalam tubuh bisa melaui mulut, hidung, dan suntikan ke dalam darah. Sianida yang masuk bereaksi dengan cepat di dalam darah, dan dalam dosis yang cukup sangat bisa menimbulkan efek kematian. Hingga kini telah ditemukan beberapa jenis senyawa kimia yang mampu mengobati keracunan sianida. Senyawa-senyawa kimia tersebut dijelaskan pada bagian berikut ini (Priyantoamak;2011).
Nitrite
Pada proses netralisasi racun sianida menggunakan ion nitrit (NO2–), nitrit mengoksidasi sebagian dari senyawa besi dalam hemoglobin, mengubah ion besi II menjadi besi III, yang mengakibatkan terkonversinya hemoglobin menjadi methemoglobin.
Methemoglobin yang terbentuk selanjutnya bereaksi dengan sianida, membentuk cyanmethemoglobin. Reaksi ini simultan dengan terlepasnya sianida dari enzim sitokrom oksidase. Pengobatan dengan nitrit tidak berbahaya karena methemoglobin tidak dapat membawa oksigen, dan efek methemoglobinemia yang terbentuk bisa diobati menggunakan biru metilen (Priyantoamak;2011).
Pada proses netralisasi racun sianida menggunakan ion nitrit (NO2–), nitrit mengoksidasi sebagian dari senyawa besi dalam hemoglobin, mengubah ion besi II menjadi besi III, yang mengakibatkan terkonversinya hemoglobin menjadi methemoglobin.
Methemoglobin yang terbentuk selanjutnya bereaksi dengan sianida, membentuk cyanmethemoglobin. Reaksi ini simultan dengan terlepasnya sianida dari enzim sitokrom oksidase. Pengobatan dengan nitrit tidak berbahaya karena methemoglobin tidak dapat membawa oksigen, dan efek methemoglobinemia yang terbentuk bisa diobati menggunakan biru metilen (Priyantoamak;2011).
Hydroxocobalamin
Hydroxocobalamin (vitamin B12) bisa digunakan untuk pengobatan penderita keracunan sianida. Cara kerja dari vitamin B12 adalah reaksi kimia substitusi yang terjadi antara ligand hydroxo dari hydroxocobalamin dengan ion sianida, membentuk senyawa cyanocobalamin yang tak beracun, yang juga masih merupakan jenis lain dari vitamin B12 (Priyantoamak;2011).
Hydroxocobalamin (vitamin B12) bisa digunakan untuk pengobatan penderita keracunan sianida. Cara kerja dari vitamin B12 adalah reaksi kimia substitusi yang terjadi antara ligand hydroxo dari hydroxocobalamin dengan ion sianida, membentuk senyawa cyanocobalamin yang tak beracun, yang juga masih merupakan jenis lain dari vitamin B12 (Priyantoamak;2011).
Thiosulfate
Sodium thiosulfate (Na2S2O3) atau calcium thiosulfate (CaS2O3) bisa digunakan sebagai obat pada penderita keracunan sianida ringan. Thiosulfate bereaksi dengan sianida, membentuk senyawa baru thiocyanate (SCN) yang relatif kurang beracun. Penggunaan thiosulfate pada penderita akut kurang efektif, disebabkan lambatnya laju reaksi antara ion thiosulfate dan sianida dalam darah. Agar thiosulfate bisa efektif digunakan untuk pengobatan penderita yang terpapar sianida akut, maka dosis thiosulfate harus ditingkatkan, dan dikombinasikan secara simultan dengan asupan ion nitrit (Priyantoamak;2011).
Sodium thiosulfate (Na2S2O3) atau calcium thiosulfate (CaS2O3) bisa digunakan sebagai obat pada penderita keracunan sianida ringan. Thiosulfate bereaksi dengan sianida, membentuk senyawa baru thiocyanate (SCN) yang relatif kurang beracun. Penggunaan thiosulfate pada penderita akut kurang efektif, disebabkan lambatnya laju reaksi antara ion thiosulfate dan sianida dalam darah. Agar thiosulfate bisa efektif digunakan untuk pengobatan penderita yang terpapar sianida akut, maka dosis thiosulfate harus ditingkatkan, dan dikombinasikan secara simultan dengan asupan ion nitrit (Priyantoamak;2011).
4-Dimethylaminophenol
4-dimethylaminophenol (4-DMAP) bisa digunakan sebagai penangkal untuk racun sianida dan hidrogen sulfida yang masuk ke dalam tubuh. Zat ini bekerja seperti nitrit dalam pengobatan keracunan sianida, dimana hasil akhir adalah terbentuknya methemoglobin, yang selanjutnya berikatan dengan sianida membentuk senyawa cyanmethemoglobin. 4-dimethylaminophenol cocok digunakan untuk pertolongan darurat terhadap penderita keracunan berat, karena kemampuan zat ini menghasilkan methemoglobin yang banyak dalam waktu yang sangat singkat. Pengobatan menggunakan 4-dimethylaminophenol harus ditindaklanjuti dengan pengobatan menggunakan kombinasi thiosulfate dan cobalamin (Priyantoamak;2011).
4-dimethylaminophenol (4-DMAP) bisa digunakan sebagai penangkal untuk racun sianida dan hidrogen sulfida yang masuk ke dalam tubuh. Zat ini bekerja seperti nitrit dalam pengobatan keracunan sianida, dimana hasil akhir adalah terbentuknya methemoglobin, yang selanjutnya berikatan dengan sianida membentuk senyawa cyanmethemoglobin. 4-dimethylaminophenol cocok digunakan untuk pertolongan darurat terhadap penderita keracunan berat, karena kemampuan zat ini menghasilkan methemoglobin yang banyak dalam waktu yang sangat singkat. Pengobatan menggunakan 4-dimethylaminophenol harus ditindaklanjuti dengan pengobatan menggunakan kombinasi thiosulfate dan cobalamin (Priyantoamak;2011).
Dicobalt Edetate
(DicobaltEDTA)
Ion kobalt juga dapat mengikat sianida. Saat ini telah diedarkan obat penangkal keracunan sianida yang berbasis kobalt dengan nama dicobalt edetate atau dicobalt-EDTA, dijual dengan nama dagang Kelocyanor. Dicobalt EDTA mengikat sianida dalam bentuk senyawa kobalt sianida. Meskipun dicobalt EDTA bekerja lebih cepat dan kuat dalam menangkal keracunan sianida, namun kesalahan diagnosa bisa menimbulkan efek yang serius, hal ini disebabkan sifat kompleks kobalt yang juga beracun. Karena efek samping racun kobalt, maka penggunaan senyawa ini hanya dianjurkan untuk pengobatan penderita yang mengalami serangan sianida berat. Terhadap keracunan sianida skala sedang, penggunaan nitrit dan thiosulfate jauh lebih disukai (Priyantoamak;2011).
Ion kobalt juga dapat mengikat sianida. Saat ini telah diedarkan obat penangkal keracunan sianida yang berbasis kobalt dengan nama dicobalt edetate atau dicobalt-EDTA, dijual dengan nama dagang Kelocyanor. Dicobalt EDTA mengikat sianida dalam bentuk senyawa kobalt sianida. Meskipun dicobalt EDTA bekerja lebih cepat dan kuat dalam menangkal keracunan sianida, namun kesalahan diagnosa bisa menimbulkan efek yang serius, hal ini disebabkan sifat kompleks kobalt yang juga beracun. Karena efek samping racun kobalt, maka penggunaan senyawa ini hanya dianjurkan untuk pengobatan penderita yang mengalami serangan sianida berat. Terhadap keracunan sianida skala sedang, penggunaan nitrit dan thiosulfate jauh lebih disukai (Priyantoamak;2011).
Glukosa
Glukosa cocok digunakan bersamaan dengan pemberian dicobalt EDTA, nitrit, atau obat-obat penangkal keracunan sianida lainnya. Penggunaan glukosa yang bersamaan dengan dicobalt EDTA akan mampu menurunkan resiko racun sampingan yang telah ada pada dicobalt EDTA itu sendiri (Priyantoamak;2011).
Glukosa cocok digunakan bersamaan dengan pemberian dicobalt EDTA, nitrit, atau obat-obat penangkal keracunan sianida lainnya. Penggunaan glukosa yang bersamaan dengan dicobalt EDTA akan mampu menurunkan resiko racun sampingan yang telah ada pada dicobalt EDTA itu sendiri (Priyantoamak;2011).
3-Mercaptopyruvate
3-mercaptopyruvate sulfurtransferase (3-MPST) mengkonversi sianida menjadi tiosianat dalam jaringan tubuh yang jauh lebih luas dibanding enzim rhodanese. 3-MPST menggunakan katabolit sistein 3-mercaptopyruvate (3-MP). Namun karena ketidakstabilan 3-MP secara kimia, maka penggunaan 3-MPST dilakukan dalam bentuk senyawa sulfanegen natrium (2, 5-dihidroksi-1,4-dithiane-2,5-asam dikarboksilat garam disodium), yang terhidrolisi menjadi 2 molekul 3-MP setelah diberikan secara oral atau parenteral (Priyantoamak;2011).
3-mercaptopyruvate sulfurtransferase (3-MPST) mengkonversi sianida menjadi tiosianat dalam jaringan tubuh yang jauh lebih luas dibanding enzim rhodanese. 3-MPST menggunakan katabolit sistein 3-mercaptopyruvate (3-MP). Namun karena ketidakstabilan 3-MP secara kimia, maka penggunaan 3-MPST dilakukan dalam bentuk senyawa sulfanegen natrium (2, 5-dihidroksi-1,4-dithiane-2,5-asam dikarboksilat garam disodium), yang terhidrolisi menjadi 2 molekul 3-MP setelah diberikan secara oral atau parenteral (Priyantoamak;2011).
Therapy Oksigen
Terapi oksigen bukan merupakan obat sianida, namun hanya membantu fungsi hati dalam melakukan metabolisme sianida pada dosis yang rendah. Perokok menghirup hidrogen sianida yang terkandung dalam asapnya, namun dengan bantuan oksigen sianida mampu dimetabolisme dengan cepat dalam hati, sehingga tak terjadi penumpukan sianida di dalam hati. Pada penderita keracunan sianida yang berat, penggunaan obat harus diikuti oleh penggunaan oksigen sebagai pembantu yang mempercepat proses penyembuhan.
Terapi oksigen bukan merupakan obat sianida, namun hanya membantu fungsi hati dalam melakukan metabolisme sianida pada dosis yang rendah. Perokok menghirup hidrogen sianida yang terkandung dalam asapnya, namun dengan bantuan oksigen sianida mampu dimetabolisme dengan cepat dalam hati, sehingga tak terjadi penumpukan sianida di dalam hati. Pada penderita keracunan sianida yang berat, penggunaan obat harus diikuti oleh penggunaan oksigen sebagai pembantu yang mempercepat proses penyembuhan.
Tingkat
pengaruh racun sianida terhadap tubuh seseorang bergantung pada beberapa hal
berikut ini :
(Priyantoamak;2011)
1)
Berat tubuh seseorang yang
terpapar racun. Dalam jumlah yang sama, pengaruh sianida lebih cepat terjadi
pada orang yang memiliki bobot tubuh yang ringan, dibanding orang yang memiliki
bobot tubuh yang lebih berat.
2) Kondisi
kesehatan saat sebelum terpapar racun sianida. Kondisi kesehatan yang baik
membuat daya tahan tubuh yang juga jauh lebih baik. Pada kasus sianida yang
masuk melalui mulut, kondisi asam lambung juga sangat mempengaruhi kecepatan
penyebaran racun sianida di dalam tubuh. Senyawa alkali sianida yang masuk ke
lambung akan bereaksi spontan dengan asam lambung, membentuk gas HCN yang
memiliki toksisitas lebih tinggi dibanding senyawa-senyawa sianida lainnya.
3) Tubuh
seseorang yang baru saja mengkonsumsi penawar sianida semacam thiosulfat,
vitamin B12, atau senyawa-senyawa kimia penawar sianida lainnya, memiliki
ketahanan yang jauh lebih baik terhadap resiko keracunan sianida.
C. Karbonat & Bikarbonat
Kelarutan semua karbonat normal dengan kekecualian
karbonat dari logam-logam alkali serta ammonium, tidak larut dalam air,
hidrogen karbonat atau bikarbonat dari kalsium, strontium, barium, magnesium
dan mungkin dari besi, ada dalam larutan air, mereka terbentuk karena aksi oleh
asam karbonat yang berlebih terhadap karbonat-karbonat normal, baik dalam
larutan air atau suspensi dan akan terurai pada pendiaman larutan (Geovinayanna;2014).
Ion karbonat dan bikarbonat merupakan salah satu
bagian dari golongan basa. Umumnya ion-ion ini banyak ditemukan pada batu kapur
atau batu tulis yang digunakan sebagai campuran bahan-bahan bangunan. Dalam
penentuan kadar ion karbonat dan ion bikarbonat dalam suatu cuplikan digunakan
metode asidimetri. Titrasi asidimetri merupakan salah satu bagian analisis
volumetri kuantitatif yang berdasarkan reaksi netralisasi. Titrasi asidimetri
adalah titrasi netralisasi dengan menggunakan asam sebagai larutan standar Geovinayanna;2014).
Uji terhadap hidrogen karbonat dengan adanya karbonat
normal dengan menambahkan kalsium klorida yang berlebihan kepada suatu campuran
karbonat dan hidrogen karbonat, karbonat
diendapkan secara kuantitatif: Dengan menyaring larutannya dengan tepat,
ion-ion hydrogen karbonat lolos kedalam filtrat. Setelah menambahkan ammonia
kepada filtrat, kita memperoleh endapan atau keruhan
yang putih Geovinayanna;2014) .
Titrasi Ion Karbonat
Titrasi ion karbonat dan ion bikarbonat menggunakan
indikator ganda Indikator adalah suatu zat yang
warnanya tergantung pada pH larutan di mana zat tersebut ada di dalamnya . Indikator ganda tersebut yakni indikator fenolftalein
dan metil orange. asam karbonat yang pertama adalah 6, 3, 4 dan
yang kedua adalah 10,36 sehingga perbedaannya adalah 4,02 satuan. Kita dapat mengharapkan
patahan yang jelas di antara kedua kurva dalam kasus ini. Namun karena Ka
terlalu kecil maka patahan pada titik ekivalen yang pertama terlihat parah.
Biasanya, ion karbonat dititrasi sebagai basa dengan sebuah titran asam kuat,
di mana dalam kasus ini dua patahan yang jelas didapat, seperti yang tergambar
pada reaksi-reaksi:) (Geovinayanna;2014).
CO32- + H3O+
HCO3- + H2O
HCO3- + H3O+ H2CO3
+ H2O
Reaksi di atas merupakan 2 tahapan dalam penentuan ion karbonat dan
bikarbonat sehingga dapat dijelaskan sebagai berikut: (Geovinayanna;2014).
- Langkah pertama merupakan perubahan dari ion karbonat menjadi ion bikarbonat, maka larutan kira-kira 8,2. Keadaan ini dapat diamati dengan bantuan indikator fenolftalain (trayek perubahan warna berkisar antara 8,2-10,5).
- Setelah langkah pertama berlangsung sempurna, maka ion bikarbonat yang terdapat dalam larutan campuan antara ion bikarbonat mula-mula dan ion bikarbonat menjadi asam karbonat.
Garam dari asam karbonat yang mengandung ion karbonat , CO32- ,
ion bebasnya mempunyai struktur segitiga menyebidang. Karbonat logam dapat
bersifat ionik atau dapat mengandung ikatan logam karbonat kovalen (karbonat
kompleks) melalui satu atau dua atom oksigen. Karbonat dari logam alkali semua
larut, tetapi karbonat lain tidak larut; semua bereaksi dengan asam mineral
melepaskan karbon dioksida(Geovinayanna;2014)..
Campuran dari karbonat
dan bikarbonat atau karbonat, dapat dititrasi dengan HCl standar sampai kedua
titik titrasi. Fenolftalein bekerja sebagai indikator untuk titrasi tahap
pertama dengan perubahan warna dari merah ke tidak berwarna. Metil orange
bekerja sebagai indikator tahap kedua dengan perubahan warna dari kuning
menjadi warna jingga atau kuning kemerahan. Fenolftalein dengan jangkauan pH
8,0 sampai 9,6 merupakan indikator yang cocok untuk titik akhir pertama, karena
pH larutan NaHCO3 berjumlah 8,35. Metil Orange dengan jangkauan
pH 3,1 – 4,4 cocok untuk titik akhir kedua. Suatu larutan jenuh CO2mempunyai
pH kira-kira 3,9. Kedua titik akhir tersebut tidak satupun membentuk patahan
yang sangat tajam(Geovinayanna;2014).
D.
Anion
Nitrat
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami
dan merupakan nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat sangat
mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses
oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan (Dadan Ahmad; 2016).
Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi ammonia menjadi
nitrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen dan
berlangsung pada kondisi aerob. Oksidasi ammonia menjadi nitrit dilakukan oleh
bakteri Nitrosomonas,sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh
bakteri Nitrobacter. Kedua jenis bakteri tersebut merupakan bakteri kemotrofik,
yaitu bakteri yang yang mendapatkan energi dari proses kimiawi (Dadan Ahmad;
2016).
- Oksidasi nitrit menjadi ammonia ditunjukan dalam persamaan berikut (a)
- Sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat ditujukan dalam persamaan (b).
nitromonas
Advertisement
2NH3 + 3O2
————>
2NO2–
+ 2H+ + 2H2O
(a)
nitrobakter
2NO2– + O2
————>
2NO3–
(b)
(Effendi,2003)
Masuknya nitrat kedalam badan sungai
disebabkan manusia yang membuang kotoran dalam air sungai, kotoran banyak
mengandung amoniak. Kemungkinan lain penyebab konsentrasi nitrat tinggi ialah
pembusukan sisa tanaman dan hewan, pembuangan industri, dan kotoran hewan.
Pengotoran 1000 ternak sama dengan kotoran kota berpenduduk 5000 jiwa
(Dadan Ahmad; 2016).
Nitrat menyebabkan kualitas air
menurun, menurunkan oksigen terlarut, penurunan populasi ikan, bau busuk, rasa
tidak enak. Nitrat adalah ancaman bagi kesehatan manusia terutama untuk bayi,
menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai methemoglobinemia, yang juga disebut
“sindrom bayi biru”. Air tanah yang digunakan untuk membuat susu bayi yang
mengandung nitrat, saat nitrat masuk kedalam tubuh bayi nitrat dikonversikan
dalam usus menjadi nitrit, yang kemudian berikatan dengan hemoglobin dan
membentuk methemoglobin, sehingga mengurangi daya angkut oksigen oleh darah
(Tresna, 2000).
Nitrat dalam air baku, dalam suasana
asam, jika bereaksi dengan Brusin Sulfat dan Asam Sulfanilat, akan membentuk
senyawa kompleks yang berwarna kuning. Warna
kuning yang terjadi diukur intensitas absorbannya dengan spektrofoto meter pada
panjang gelombang 410 nm. Senyawa N ( Nitrogen ) di alam terdapat dalam
berbagai bentuk, yaitu N organik, N ammonia, N-NO3, N-NO2,
dan gas N2. Bentuk – bentuk senyawa Nitrogen tersebut dipengaruhi oleh
pH dan kondisi aerob – anaerob. Senyawa Nitrogen merupakan nutrien yang menjadi
unsur utama dalam pertumbuhan dan reproduksi tanaman dan hewan, termasuk hewan
dan tumbuhan air yang memperoleh unsur Nitrogen dari lingkungan air di
sekitarnya.
Unsur N merupakan unsur utama dari
protein, klorofil, dan banyak materi biologis yang lain. Senyawa N dapat
diuraikan menjadi senyawa yang lebih sederhana melalui proses dekomposisi
bakteri. Senyawa sederhana tadi adalah ammonia ( NH3 ) yang
merupakan bentuk sederhana dari asam amino derivat dari senyawa protein. Jika
di dalamnya terdapat oksigen maka ammonia ( NH3 ) dioksidasi menjadi
nitrit ( NO2– ) dan dioksidasi lagi menjadi nitrat ( NO3–
). Jadi nitrat pada bahasan kita kali ini berasal dari beberapa proses yang
panjang (Dadan Ahmad; 2016).
Telah disebutkan di atas bahwa
nitrat ( NO3– ) berasal dari oksidasi senyawa Nitrogen.
Oksidasi ini dapat berlangsung dengan bantuan bakteri tanah. Bakteri tanah ini
masuk atau terbawa ke badan air tanah oleh proses perkolasi air. Sedangkan
untuk air permukaan, bakteri tanah yang membantu proses oksidasi senyawa N
menjadi nitrat tadi, berasal dari limpasan permukaan yang membawa serta
lapisan tanah yang mengandung humus (Dadan Ahmad; 2016).
Nitrat ( NO3 ) merupakan
bentuk inorganik dari derivat senyawa Nitrogen. Senyawa nitrat ini biasanya
digunakan oleh tanaman hijau untuk proses fotosintesis. Sedangkan kaitan hal
tersebut dengan pencemaran terhadap badan air, nitrat pada konsentrasi tinggi
bersama – sama dengan phosphor akan menyebabkan algae blooming sehingga
menyebabkan air menjadi berwarna hijau ( green-colored water ) dan
penyebab eutrofikasi (Dadan Ahmad; 2016).
Telah disebutkan bahwa Nitrogen adalah
unsur utama protein, sehingga nitrat ( NO3 ) sebagai derivat
Nitrogen juga sebagai unsur penting dalam protein. Dalam halini nitrat sangat
dibutuhkan untuk sintesa protein hewan dan tumbuhan. Adapun sumber nitrat yang
mencemari badan air bermacam – macam, yaitu berasal dari industri bahan
peledak, industri pupuk, dll (Dadan Ahmad; 2016).
Nitrat ( NO3 ) sebagai
derivat nitrogen, berasal dari proses oksidasi yang panjang. Untuk nitrat
berasal dari oksidasi N-ammonia ( NH3 ). Senyawa NH3 ini
merupakan senyawa yang paling banyak ditemukan di air buangan. Untuk membentuk
nitrat ( NO3 ), senyawa NH3 ini dioksidasi secara
biologis, jika ada oksigen. Proses oksidasi untuk pembentukan nitrat ini
dibantu oleh bakteri nitrifikasi yaitu Nitrosomonas dan Nitrobakter. Proses
oiksidasi ini disebut proses Nitrifikasi, yang terjadi dalam dua tahap, yaitu :
(Dadan Ahmad; 2016)
Nitrosomonas
NH3 + oksigen
———————————>
NO2– + energy
Nitrobakter
NO2– +
oksigen ———————————–>
NO3– + energy
Selain NH3, senyawa NH4+
dapat pula dioksidasi menghasilkan nitrat. Adapun reaksinya juga terjadi dalam
dua tahap, yaitu :
Nitrosomonas
2 NH4+ + 3 O2
—————————> 2 NO2– + 4 H+ + 2 H2O
Nitrobakter
2 NO2– + O2
————————–> 2 NO3–
Nitrifikasi ini terjadi pada
pengolahan biologis sekunder pada kondisi “low organic loading” dan
temperatur hangat. Proses ini menyediakan effluen yang lebih stabil tetapi
nitrifikasi ini biasanya dihindari untuk menirunkan kadar BOD dan untuk
mencegah peluapan lumpur pada final clarifier. Peluapan lumpur ini
disebabkan oleh padatan lumpur diapungkan oleh gelembung gas nitrogen yang
dibentuk oleh hasil dari reduksi nitrat (Dadan Ahmad; 2016).
Nitrifikasi yang trejadi pada
pengolahan biologis dapat menghasilkan perubahan NH3 atau NH4+
menjadi nitrat, asalkan prosesnya aerob dan periode pengolahan biologis cukup
lama (Dadan Ahmad; 2016).
Nitrat biasanya dianalisa
menggunakan tes air minum. Untuk kadar nitrat dalam air alami maupun air olahan
seringkali ditetapkan dengan teknik kolorimetri ( di sini dipakai
spektrofotometer ). Sebagai contoh, tes yang umum untuk nitrat adalah metode
asam Phenoldisulfanilat. Intensitas warna kuning yang di hasilkan oleh reaksi
antara asam Phenoldisulfanilat tadi dengan nitrat, berhubungan dengan
konsentrasi nitrat secara langsung. Warna yang di hasilkan dalam spesimen yang
tak diketahui dapat dibandingkan dengan corak warna larutan yang dihasilkan
dengan konsentrasinya diketahui menggunakan tabung Nessler, filterfotometer,
atau spektrofotometer (Dadan Ahmad; 2016).
Telah disebutkan bahwa tes nitrat dipakai
dalam analisa air minum, sebab tes nitrat ( juga tes nitrit ) pada air buangan
lebih sulit untuk dilakukan. Hal ini disebabkan konsentrasi yang tinggi dari
substansi penggganggu, seperti Chlorida dan zat organik. Selain dipakai hanya
untuk sampel air minum atau air bersih, tes nitrat juga dipakai untuk analisa
air buangan yang telah diolah. Hasil analisa nitrat biasanya dinyatakan dalam
miligram Nitrogen perliter (Dadan Ahmad; 2016).
Konsentrasi senyawa nitrat yang
boleh ada dalam air minum adalah tidak lebih dari 10 mg N / liter. Jika
konsentrasi nitrat di atas 10 mgN/liter, maka akan bersifat racun. Nitrat ini
bersifat racun pada bayi hewan, termasuk juga manusia yang dapat menyebabkan
problem serius dan bahkan kematian. Faktanya, asiditas yang rendah dalam organ
usus bayi mendukung pertumbuhan bakteri pereduksi nitrat yang mengubah nitrat
menjadi nitrit, yang kemudian diabsorbsi ke dalam pembuluh darah. Hal ini
menyebabkan kekurangan oksigen sebab tubuh menolak masukan oksigen, hasilnya
tubuh akan berubah warna menjadi kebiru – biruan. Keracunan nitrat ini disebut
sebagai sindroma blue baby karena perubahan warna tadi, ini merupakan
istilah yang umum dipakai walaupun istilah sebenarnya adalah methemoglobinemia.
Jadi adanya nitrat pada air minum walaupun dalam kadar normal tetap harus
diwaspadai (Dadan Ahmad; 2016).
.Nitrit dan nitrat adalah dua molekul yang berbeda yang
terdiri dari baik nitrogen dan oksigen. Perbedaan kimia antara nitrit dan
nitrat adalah berapa banyak atom oksigen yang hadir pada masing-masing senyawa
(Dadan Ahmad; 2016).
Nitrit memiliki dua atom oksigen dan satu nitrogen, sedangkan
nitrat memiliki tiga atom oksigen. Hal ini dimungkinkan untuk nitrat berubah
menjadi nitrit dengan kehilangan atom oksigen, dan sebaliknya bisa terjadi
juga. Nitrat sering ditemukan dalam pupuk, dan keduanya nitrit dan nitrat
adalah umum digunakan dalam berbagai proses pengawetan makanan seperti
pembuatan sosis (Dadan Ahmad; 2016).
Baik nitrit dan nitrat merupakan ion bermuatan negatif, yang
berarti bahwa proton yang dikombinasikan dalam molekul ini kalah oleh elektron.
Jenis ion disebut sebagai anion karena muatan listrik negatif. Jenis lain dari
ion adalah kation bermuatan positif, dengan molekul nitrit dan nitrat cenderung
tertarik. Yang dapat memungkinkan molekul nitrit atau nitrat untuk mencapai
keseimbangan netral muatan bila dikombinasikan dengan kation. Faktor lain yang
dimiliki kesamaan kedua molekul ini adalah bahwa mereka berdua terdiri
dari nitrogen dan oksigen (Dadan Ahmad; 2016).
Perbedaan yang paling mendasar antara molekul nitrit dan
nitrat adalah bahwa mereka berdua mengandung nitrogen dan oksigen, dengan
jumlah atom oksigen yang berbeda. Baik molekul nitrat dan nitrit mengandung
satu atom nitrogen, tetapi nitrat memiliki tiga atom oksigen dan nitrit hanya
memiliki dua. Meskipun perbedaan ini, adalah mungkin untuk nitrit dan nitrat
masing-masing secara kimia berubah menjadi yang lain dengan memperoleh atau
kehilangan molekul oksigen (Dadan Ahmad; 2016).
Nitrat yang paling sering digunakan sebagai komponen dalam
pupuk, karena mereka menawarkan bentuk nitrogen yang mudah diambil oleh banyak
tanaman. Penggunaan umum lainnya termasuk pembuatan kaca dan bahan peledak,
yang mengapa pupuk kadang-kadang digunakan dalam bom rakitan. Di alam, nitrat
diproduksi oleh bakteri dengan mengikat atom nitrogen dan oksigen ke dalam
molekul. Molekul-molekul ini kemudian digunakan oleh tanaman dan kemudian
dimakan oleh hewan, yang mengandalkan nitrat untuk membuat protein.
Mikroorganisme lain dalam lingkungan mampu mereduksi nitrat menjadi nitrit, dan
kemudian menjadi nitrogen dan komponen atom oksigen (Dadan Ahmad;
2016).
Salah satu kegunaan utama untuk nitrit dalam berbagai proses
pengawetan makanan. Hal ini berguna untuk curing daging karena fakta bahwa ia
dapat menjaga bakteri dari berkembang, dan juga memiliki efek sekunder untuk
mengubah warna kemerahan pada daging. Hal ini disebabkan dengan cara bahwa
nitrit bereaksi terhadap mioglobin yang hadir dalam daging. Nitrit juga dapat
memiliki reaksi dengan hemoglobin dalam tubuh manusia, mengubahnya menjadi
methemoglobin yang tidak mampu berikatan dengan oksigen. Jumlah nitrit yang
hadir dalam makanan biasanya diatur untuk alasan ini (Dadan Ahmad;
2016).
E.
Anion platina
Platina adalah suatu unsur
kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Pt dan nomor atom
78. Logam transisi putih abu-abu ini padat,
lunak, ulet, sangat tidak reaktif, dan berharga.
Namanya berasal dari istilah Spanyol platina, yang jika diterjemahkan
secara harfiah berarti "perak kecil".
Platina adalah anggota unsur golongan
platina dan unsur dalam golongan
10 pada tabel periodik. Ia memiliki enam isotop alami.
Logam ini adalah salah satu unsur langka di kerak bumi dengan
kelimpahan rata-rata sekitar 5 μg/kg. Ia terdapat dalam
beberapa bijih nikel
dan tembaga
bersama dengan beberapa deposit alami, sebagian besar
di Afrika
Selatan, yang menyumbang 80% dari produksi dunia. Karena kelangkaan dalam
kerak bumi, hanya beberapa ratus ton yang diproduksi setiap tahun, dan memberikan manfaat penting,
logam ini menjadi sangat berharga dan merupakan komoditas logam
mulia[n 1]
utama.
Platina adalah logam
yang paling kurang reaktif. Daya tahannya yang mengagumkan terhadap korosi, bahkan
pada suhu tinggi, membuatnya dinobatkan sebagai logam
mulia. Konsekuensinya, platina sering ditemukan sebagai unsur platina
alami. Oleh karena ia terdapat secara alami dalam pasir aluvium
di berbagai sungai, maka ia digunakan pertama kali oleh penduduk asli Amerika
Selatan pra-Kolombia untuk membuat artefak. Tulisan Eropa
merujuk pada abad ke-16, tetapi laporan Antonio de Ulloa yang
mempublikasikan logam baru di Kolombia pada tahun 1748 menjadi obyek penelitian para
ilmuwan.
Platina digunakan dalam pengubah katalitik,
peralatan laboratorium, kontak listrik dan elektrode, termometer
resistensi platina, peralatan kedokteran
gigi, dan perhiasan. Oleh karena termasuk logam
berat, platina memiliki masalah kesehatan jika terpapar garamnya, namun
karena ketahanannya terhadap korosi, platina tidak beracun seperti beberapa
logam lainnya Senyawa yang mengandung
platina, seperti sisplatin, oksaliplatin dan karboplatin, digunakan
dalam kemoterapi
untuk melawan kanker jenis tertentu
a)
Kegunaan
Platina
Platinum
digunakan besar-besaran sebagai perhiasan wanita, kawat, dan bejana untuk
aplikasi laboratorium dan banyak instrumen berharga lainnya termasuk
termokopel. Platinum juga digunakan untuk bahan kontak listrik, peralatan tahan
korosi dan kedokteran gigi.
Alloy
platinum-kobal memiliki sifat magnetis. Salah satunya terdiri dari 76.7% berat
Pt dan 23.3% berat Co, merupakan magnet yang sangat kuat hampir dua kali lipat
dari Alnico V. Ketahanan kawat platinum digunakan untuk membuat tungku listrik
bersuhu tinggi.
Platinum digunakan untuk melapisi
kerucut misil, kerucut bensin mesin jet dan lain-lain, yang mengandalkan
ketahanan pada suhu tinggi untuk waktu yang sangat lama. Logam ini, seperti
palladium, menyerap sejumlah besar hidrogen, menahannya pada suhu biasa dan
melepaskannya ketika dipanaskan.
Dalam
kondisi yang sangat halus, platinum merupakan katalis yang sempurna, yang
banyak digunakan untuk menghasilkan asam sulfat. Juga digunakan sebagai katalis
dalam pemecahan produk minyak bumi. Platinum juga banyak diminati untuk
dimanfaatkan sebagai katalis dalam sel bahan bakar dan peralatan anti polusi
untuk mobil.
Anoda
platinum digunakan secara ekstensif dalam sistem perlindungan katoda untuk
kapal besar dan bejana yang melewati lautan, pipa, baja dermaga dan lain-lain.
Kawat platinum yang sangat halus akan berkilau merah terang bila ditempatkan
dalam uap metil alkohol, di mana platinum berperan sebagai katalis, untuk
mengubah alkohol menjadi formaldehida. Fenomena ini digunakan secara komersial
untuk memproduksi pemantik api rokok dan penghangat tangan. Hidrogen dan
oksigen dapat meledak dengan adanya platinum.
b)
Reaksi – reaksi Kimia Platina
Sebagaimana
yang telah dijelaskan sebelumnya, platina kebal terhadap hampir semua jenis
oksidator. Platina tahan terhadap seluruh jenis larutan asam (kecuali HCN), dan
tahan terhadap hampir semua larutan basa (kecuali NaOH). Platina larut oleh gas
klorin (gas klor Cl2) yang berasal dari air raja, membentuk senyawa
kompleks H2Pt(Cl)6; pada suhu kamar laju pelarutan
berlangsung lambat, dan meningkat bila mengalami pemanasan. Reaksinya sebagai
berikut ,(Bertekin.com;2016).
Pt(s) + 4HNO3 (l) +
6HCl (l) → H2Pt(Cl)6 (l) +
4NO2 (g) + 4H2O(aq) …….(i)
Reaksi di atas menyimpang dengan
adanya logam atau senyawa thalium di dalamnya. (Bertekin.com;2016)
Pt (s) +
TlCl2 (l) + 4 HNO3 (l) + 6
HCl (l) → TlPt(Cl)6 (s) + 4 NO2
(g) + 2 HCl (l) + 4 H2O
(aq) …….(ii)
Pada reaksi
(ii), platina tak jadi larut, melainkan membentuk endapan berwarna kuning
dengan adanya thalium pada saat berlangsungnya reaksi pelarutan, atau jika
senyawa thalium ditambahkan ke media reaksi seteleh berlangsungnya reaksi
pelarutan platina. Endapan TlPt(Cl)6 berwarna kuning telur. Larutan
H2Pt(Cl)6 (heksakloroplatinat) bisa dipresipitasi
menggunakan ammonium klorida (NH4Cl), membentuk senyawa tak larut
ammonium heksakloroplatinat (NH4)2Pt(Cl)6.
Reaksi pengendapan berlangsung seperti reaksi kimia (ii). (Bertekin.com;2016)
Platina juga larut oleh sianida
membentuk anion kompleks Pt(CN)42-. Reaksinya seperti
berikut ini ;
2 Pt(s) +
8 NaCN (l) + O2 (g) + 2 H2O
(aq) → 2 Na2[Pt(CN)4] (l)
+ 4 NaOH (l) ………..(iii)
Reaksi (iii) berlangsung sangat
lambat. Laju reaksi meningkat jika dilakukan pemanasan (Bertekin.com;2016).
Thank You
by; KAHARUDDIN


1xbet korean bitcoin deposit bonus
BalasHapus1xbet korean deccasino bitcoin deposit bonus หารายได้เสริม 1xbet 1xbet korean korean bitcoin deposit bonus 1xbet korean bitcoin deposit bonus - Latest 2021.