Minggu, 18 Desember 2016

Mengidentifikasi Anion


KIMIA ANALITIK
“IDENTIFIKASI ANION”

DI SUSUN OLEH:
KAHARUDDIN
16 3145 453 097
16 C
PROGRAM STUDI DIII ANALISIS KESEHATAN
STIKES MEGA REZKY MAKASSAR
T.A 2016/2017
A.    Pengertian
Kimia analitik dapat dibagi dalam 2 bidang, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas tentang identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel. Sedangkan analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyaknya satu zat tertentu yang ada dalam sampel (A.L. Underwood :1993).
Banyak pendekatan yang dapat digunakan untuk melakukan analisis kualitatif.  Ion-ion dapat diidentifikasi berdasarkan sifat fisika dan kimianya. Beberapa metode analisis kualitatif modern menggunakan sifat fisika seperti  warna, spektrum absorpsi, spektrum emisi, atau medan magnet  untuk  mengidentifikasi ion pada tingkat konsentrasi yang rendah. Namun demikian kita juga dapat menggunakan sifat fisika dan kimia untuk mengembangkan suatu metode analisis kualitatif menggunakan alat-alat  yang sederhana yang dipunyai hampir semua laboratorium.   Sifat fisika yang dapat diamati langsung seperti warna, bau, terbentuknya gelembung gas atau pun endapan merupakan informasi awal yang  berguna untuk analisis selanjutnya.(Svehla, 1990)
Analisa kualitatif menggunakan dua macam uji, reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan. Reaksi kering ialah sejumlah uji yang berguna dapat dilakukan dalam keadaan kering, yakni tanpa melarutkan contoh. Petunjuk untuk operasi semacam ialah pemanasan, uji pipa tiup, uji nyala, uji spektroskopi dan uji manik. Reaksi basah ialah uji yang dibuat dengan zat-zat dalam larutan. Suatu reaksi diketahui berlangsung dengan terbentuknya endapan, dengan pembebasan gas dan dengan perubahan warna. Mayoritas reaksi analisis kualitatif dilakukan dengan cara basah
(G. Svehla : 1985)
              Pemisahan anion-anion ke dalam golongan utama tergantung pada kelarutan garam pelarutnya. Garam kalsium, garam barium, garam zink ini hanya boleh dianggap berguna untuk memberi identifikasi dari keterbatasan-keterbatasan metode ini. Skema identifiasi anion bukanlah skema yang baku, karena satu anion termasuk dalam lebih dari satu subgolongan. Umumnya anion dibagi ke dalam tiga golongan, yaitu :
Golongan Sulfat : SO42-, SO32-, PO42-, Cr2O4-, BO2-, CO32-, C2O42-, AsO43-.
Golongan Halida : Cl-, Br-, I-, S2-.
Golongan Nitrat : NO3-, NO2-, C2H3O2- (Svehla, 1985).
              Penentuan anion berlaku untuk dua bagian. Untuk penentuan ini CO3- dan HCO3- dan untuk penentuan anion-anion yang lain. Untuk pnentuan anion-anion yang lain, bahan diberi larutan Na2CO3 lalu dimasak. Bila terjadi endapan, campuran ini digunakan; bila terbentuk endapan, disaring dan dicuci filtrat yan digunakan. Untuk setiap anion yang diambil sebagian dari cairan tersebu dilakukan rekasi-reaksi yang membedakan anion yang sedang dicuci dari anion yang lain (Schank, 1990).
              Analisa anion bertujuan untuk menganalisa adanya ion dalam sampel. Analisa anion dapat juga digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti dalam pemeriksaan darah, urin, dan sebagainya. Beberapa anion menunjukkan kenampakan yang sama dalam pemeriksaan. Untuk itu analisa anion mutlak digunakan untuk mengidentifikasi masing – masing anion yang ada. Zat yang biasa digunakan dalam proses pengendapan terhadap uji anion adalah zat pengendapan anorganik. Zat pengendapan anorganik umumnya menyebabkan terbentuknya garam atau senyawa hidroksida yang sukar larut (Harjadi, 1990).

B.     Jenis- Jenis Anion
1.      Anion sulfat
A.  Anion SO42- dan Keadaannya Di Alam
Ion sulfat merupakan sejenis anion poliatom dengan rumus empiris SO42- dengan massa molekul 96,06 satuan massa atom; ia terdiri dari atom pusat sulfur dikelilingi oleh empat atom oksigen dalam susunan tetrahidron. Ion sulfat bermuatan dua negatif dan merupakan basa konjugat ion hidrogen sulfat (bisulfat), terdapat sulfat organik seperti dimetil sulfat yang merupakan senyawa kovalen dengan rumus (CH3O)2SO2 dan merupakan ester asam sulfat (Nuvi Oktaviani Pratiwi;2015).
Kebanyakan sulfat sangat larut dalam air kecuali dalam kalsium sulfat, stronsium sulfat, dan barium sulfat yang tak larut. Barium sulfat sangat berguna dalam analisis gravimetri sulfat; penambahan barium klorida pada suatu larutan yang mengandung ion sulfat terlihat endapan putih yang menunjukkan anion sulfat (Nuvi Oktaviani Pratiwi;2015).
Ion sulfat bisa menjadi satu dengan ligan menghubungkan mana-mana satu dengan oksigen monodentat atau dua oksigen. Contoh molekul logam netral kompleks PtSO4P(C6H5)32 dimana ion sulfat berperan sebagai ligan bidentat. Ikatan oksigen-logam dalam molekul sulfat kompleks mempunyai ciri kovalen (Nuvi Oktaviani Pratiwi;2015).
Sulfat berwujud sebagai zat mikroskopik (aerosol) hasil dari bahan bakar fosil dan biomassa yang dapat menambah keasaman atmosfer dan mengakibatkan hujan asam (Nuvi Oktaviani Pratiwi;2015).

B.  Pemanfaatan Anion SO42- : (Nuvi Oktaviani Pratiwi;2015)
1.         Na2SO4, suatu obat emesis (pembuat muntah).
2.         Al2(SO4)3, zat penjernih air yang dikenal dengan tawas.
3.         BaSO4, suatu pigmen putih untuk bahan cat.
4.         CaSO4(gips), banyak digunakan untuk menyambung tulang yang patah.
5.        Cu5SO4.5H2O, terasi(zat fungsisida/pembasmi jamur)untuk tanaman dan kayu.
6.         FeSO4 .7H2O, di pakai untuk membuat tinta.
7.        (NH4)2SO4, suatu jenis pupuk yang dikenal sebagai pupuk Z.A. (Zwavel Amoniak).
8.        NaHSO4, banyak digunakan sebagai pembersih kamar mandi untuk melarutkan endapan yang ditimbulkan oleh air ledeng atau air sadah.
C.  Cara Menaganalisis Anion SO42-; (Nuvi Oktaviani Pratiwi;2015)
Sulfat, SO42-. Kelarutan: Sulfat dari barium, strontium dan timbel praktis tidak larut dalam air, sulfat dari kalsim dan merkurium(II) larut sedikit, dan kebanyakan sulfat dari logam-logam sisanya, larut. Beberapa sulfat basa, misalnya dari merkurium, bismut, dan kromium, juga tak larut dalam air, tetapi larut dalam asam klorida encer atau asam nitrat encer (Nuvi Oktaviani Pratiwi;2015).
Asam sulfat adalah cairan yang tak berwarna, seperti minyak dan higroskopik, dengan berat jenis 1,838. asam pekatnya yang murni dan komersial, adalah suatu campuran bertitik-didih konstan, dengan titik didih 338o dan mengandung asam kira-kira 98%. Cairan ini dapat bercampur dengan air dalam semua perbandingan dengan melepaskan panas yang banyak sekali; ketika mencampurkan keduanya, asam harus selalu dituang dalam aliran yang tipis ke dalam air (jika air yang dituangkan kepada asam yang lebih berat itu, uap mungkin dengan tiba-tiba akan terbentuk yang akan mengangkat ke atas sedikit asam bersamanya, sehingga mungkin menimbulkan cedera yang berat). Untuk mempelajari reaksi-reaksi pada sulfat (SO42-), digunakan larutan natrium sulfat, Na2SO4.10H2O, 0,1 M (Nuvi Oktaviani Pratiwi;2015).



2.      Anion Sianida

A.     Sifat – Sifat Kimia dan Fisika Sianida

Sianida [:C≡C:] adalah senyawa kimia monovalen yang membentuk kelompok CN. Kelompok ini, yang dikenal sebagai kelompok siano, terdiri dari atom karbon yang berikatan rangkap tiga dengan atom nitrogen. Ikatan atom rangkap tiga memiliki kekuatan yang lebih disbanding ikatan tunggal dan ikatan rangkap dua (Priyantoamak;2011).
Beberapa senyawa sianida anorganik, seperti natrium sianida dan potassium sianida, merupakan kelompok senyawa yang memiliki ion sianida poliatomik bermuatan negatif (CN); senyawa ini merupakan garam dari asam hidrosianat yang sangat beracun. Ion sianida adalah isoelektrik dengan karbon monoksida danmolekulnitrogen (Priyantoamak;2011).
Beberapa jenis sianida organik biasanya disebut nitril; pada senyawa jenis ini, gugus CN berikatan kovalen dengan gugus karbon, seperti metil (CH3) di metil sianida (asetonitril). Karena senyawa nitril tidak melepaskan ion sianida bebas, maka senyawa ini umumnya kurang beracun, atau dalam kasus polimer tidak larut seperti serat akrilik, pada dasarnya tidak beracun kecuali dibakar (Priyantoamak;2011).
Asam hidrosianat yang umumnya dikenal sebagai hidrogen sianida atau HCN, adalah cairan yang sangat volatile, digunakan untuk mempersiapkan akrilonitril, yang digunakan dalam produksi serat akrilik, karet sintetis, dan plastik. Sianida digunakan juga di banyak proses kimia, antara lain ; fumigasi, bahan untuk pengerasan besi dan baja, pelarut dalam proses hydrometallurgy mineral logam, proses penyepuhan perhiasan logam mulia, dan sebagainya.
Larutan HCN sangat mudah mendidih dan menguap. Titik didih dan penguapan HCN berada di kisaran suhu 260C, atau hanya sedikit di atas suhu kamar (250C). Penguapan mengakibatkan resiko tercemarnya udara di sekitar larutan hidrogen sianida, yang dapat menimbulkan efek keracunan terhadap mahluk hidup yang menghirup udara yang telah tercemar sianida. Uap dari HCN memiliki bau khas menyengat yang keras dan mematikan. Konsentrasi gas hidrogen sianida yang lebih dari 0,3 mg / liter udara dapat membunuh manusia dalam kisaran waktu 10-60 menit. Konsentrasi hidrogen sianida dalam suatu larutan yang lebih dari 3500 ppm (sekitar 3,5 g / liter) akan membunuh manusia di sekitar 1 menit atau lebih (Priyantoamak;2011).
Penurunan suhu larutan sianida menggunakan alat atau zat pendingin dapat mengurangi resiko tingginya penguapan sianida, yang sekaligus bisa menekan bau yang ditimbulkan oleh larutan yang mengandung sianida.
Dalam kasus almarhum Mirna Salihin, jika memang kopi yang diminum mengandung sianida, maka jenis sianida yang larut di dalam kopi adalah larutan alkali sianida yang bercampur dengan larutan soda api, dan bukanlah larutan asam sianida. Keberadaan es batu dalam cairan kopi akan sangat membantu menurunkan tingkat penguapan gas sianida (pada pH dibawah 12 tingkat pembentukan HCN akan makin tinggi), dan dengan sendirinya mengurangi bau khas asam sianida (HCN) di udara dan di cairan kopi yang di minum (Priyantoamak;2011).
HCN dapat diperoleh dari buah-buahan yang memiliki biji dan rongga semacam ceri, aprikot, apel, almond pahit, dan sebagainya. Umbi-umbian juga mengandung sianida dengan kadar yang bervariasi. Hidrogen sianida juga ditemukan pada bunga-bunga pada tamanan kacang-kacangan, misalnya pada bunga tanaman Lotus Australis. Sianida juga ditemukan pada dedaunan, antara lain daun singkong. Hewan merayap sejenis kaki seribu (lipan) melepaskan hidrogen sianida sebagai mekanisme pertahanan, seperti halnya serangga tertentu, seperti beberapa ngengat. Hidrogen sianida juga ditemukan dalam tembakau asap kayu dan dedaunan, dan asap dari pembakaran plastik yang mengandung nitrogen. 1,5 kg biji apel yang dihancurkan bisa dihasilkan sekitar 1 gram HCN. Kandungan sianida bisa mencapai 1 gram dalam setiap kilogram umbi dari ubi kayu racun.
Sianida yang terkandung dalam tumbuhan berasal dari gugus fungsional kelompok senyawa cyanohydrins. Sianohidrin adalah suatu gugus fungsional kimia yang ditemukan dalam senyawa organik. Cyanohydrins dapat dibentuk oleh reaksi sianohidrin, yang melibatkan pemurnian keton atau aldehida dengan hidrogen sianida (HCN) dengan adanya kelebihan alkali sianida (XCN) sebagai katalis (Priyantoamak;2011).
RR’C=O+HCN→RR’C(OH)CN
gugus fungsional cyanohydrins
Dalam reaksi di atas, nukleofilik dari ion CN menyerang elektrofilik karbon karbonil di keton, diikuti oleh protonasi yang dilakukan HCN, sehingga menghasilkan anion sianida (Priyantoamak;2011).
Gugus fungsional cyanohydrins yang terdapat dalam tumbuhan juga terbagi menjadi senyawa-senyawa mandelonitril, amygdalin, linamarin, dan lotaustralin (Priyantoamak;2011).
a)      Amygdalin Laetrile
Amygdalin adalah glikosida sianogen yang berasal dari fenilalanin asam amino aromatik. Amygdalin dan prunasin sangat umum ditemukan pada tanaman rosaceae, khususnya genus Prunus, Poaceae (rumput), Fabaceae (kacang-kacangan), dan pada tanaman pangan lainnya, termasuk biji rami dan ubi kayu.
Sejak awal 1950-an penelitian telah menemukan bahwa amygdalin / laetrile (laetrile = nama lain dari amygdalin) bisa digunakan sebagai obat kanker alternatif, sering dengan menggunakan nama Vitamin B17. Namun penggunaan yang berlebihan dapat menimbulkan efek keracunan sianida (Priyantoamak;2011).
b)      Linamarin
      Linamarin adalah glukosida cyanogenik yang ditemukan pada daun dan akar tanaman seperti singkong, kacang lima, dan rami. Senyawa ini adalah glukosida aseton sianohidrin. Setelah paparan enzim dan flora usus dalam usus manusia, alcohol dari linamarin dan lotaustralin dapat terurai menjadi senyawa hydrogen sianida yang beracun. Munculnya sianida dari linamarin biasanya berlangsung secara enzimatik dan terjadi ketika linamarin terkena enzim linamarase, suatu enzim yang biasanya berada di dalam dinding sel tanaman singkong.
Oleh karena itu untuk mengkonsumsi makanan yang berasal dari tumbuhan beracun sejenis linamarin maka makanan menggunakan tanaman yang mengandung jumlah yang signifikan dari linamarin, perlu dilakukan persiapan pembuangan terlebih dahulu racun (detoksifikasi) yang terdapat di dalam tumbuhan tersebut. Racun linamarin yang terdapat dalam ubi kayu atau ubi kayu beracun bisa dikurangi dengan cara hidrolisis dan pemisahan cairan hasil hidrolisis dari sari pati umbi yang akan diproses selanjutnya melalui perebusan, pengukusan, atau penggorengan. Memasak merupakan salah satu cara mengurangi kadar racun dari ubi kayu. Sebagian kecil dari jenis ubi kayu memiliki kandungan racun sianida yang tinggi, namun sebagian besar jenis ubi kayu hanya mengandung sianida dalam jumlah yang kecil. Menghindari mengkonsumsi ubi racun merupakan cara aman yang terbaik (Priyantoamak;2011).
c)      Lotaustralin
      Lotaustralin juga merupakan glikosida sianogen, yang ditemukan dalam jumlah kecil di Fabaceae Austral Trefoil (Lotus australis), singkong (Manihot esculenta), kacang lima (Phaseolus lunatus), roseroot (Rhodiola rosea) dan semanggi putih (Trifolium repens). Lotaustralin adalah glukosida metil etil keton sianohidrin dan secara struktural terkait dengan linamarin. Baik linamarin maupun lotaustralin dapat dihidrolisis oleh enzim linamarase untuk membentuk glukosa dan senyawa hidrogen sianida yang beracun (Priyantoamak;2011).

B.     Berbagai Fungsi dan Kegunaan Sianida

Sianida umumnya diperdagangkan dalam bentuk senyawa padat alkali sianida, yang bisa ditemukan dalam senyawa NaCN (sodium sianida) dan KCN (potassium sianida). Sianida digunakan dalam berbagai bidang, antara lain ; pembasmi hama pada pertanian, pelarut logam dalam proses ekstraksi logam dari batuan mineralnya (misalnya ekstraksi emas menggunakan sianida), penyepuhan perhiasan yang terbuat dari logam mulia, sebagai katalis pada industri pembuatan polimer, cat air dan laundry blue (Prussian Blue), dan sebagainya.Tidak semua senyawa sianida bersifat racun. Senyawa-senyawa yang bersifat racun adalah senyawa-senyawa yang bisa mendissosiasi (melepaskan) ion sianida bebas dari senyawanya (Priyantoamak;2011).
Penggunaan Sianida Dalam Industri Penambangan Emas dan Perak
Sianida memiliki peran yang sangat penting dalam ekstraksi emas berukuran mikro dan nano dari batuan asalnya. Umumnya jenis sianida yang digunakan dalam proses ekstraksi emas adalah alkali sianida, yang bisa berupa senyawa NaCN atau KCN (Priyantoamak;2011).
4 Au (s) + 8 NaCN (l) + O2 (g) + 2 H2O (aq)     →     4 Na[Au(CN)2] (l) + 4 NaOH (l) ……………(i)
Atau bisa ditulis dalam bentuk ion dalam persamaan reaksi berikut ini :
4 Au (s) + 8 Na+ + 8 CN + O2 + H2O   →    8 Na+ + 4 Au(CN)2 + 4 OH      …………..……(ii)
Dari 2 persamaan reaksi (i) dan (ii), logam emas larut oleh ion sianida, membentuk anion kompleks Au(CN)2. Larutan emas ini selanjutnya diadsorbsi menggunakan adsorbent karbon aktif atau granular resin anion yang bisa dipisahkan dari lumpur melalui proses penyaringan partikel kasar.
Disamping NaCN atau KCN, ion kompleks heksasianoferat III Fe(CN)63- juga bisa digunakan sebagai oksidator dan pelarut emas dalam proses sianidasi.
Senyawa ferri sianida dan ferrosianida memiliki tingkat toksik yang relatif rendah dibanding senyawa alkali sianida, disebabkan ikatan antara ion besi II dan besi III dan ion sianida yang jauh lebih kuat. Namun penurunan pH yang terjadi akibat naiknya konsentrasi ion hidrogen dalam larutan ferri atau ferro sianida dapat melepaskan senyawa hydrogen sianida yang beracun dari larutannya (Priyantoamak;2011).

         Penggunaan Sianida Dalam Industri Pembuatan Pigmen Warna Prussian Blue
            Prussian Blue atau zat kimia Biru Prusia merupakan pigmen biru tua dengan rumus kimia yang ideal Fe7(CN)18. Namun untuk lebih memahami ikatan kimia dalam senyawa kompleks nya, Prussian blue dapat juga ditulis dengan rumus kimia Fe4[Fe(CN)6]3•xH2O. Nama lain dari Prussian blue bisa juga disebut Berlin Blue atau biru berlin (Priyantoamak;2011).
Prussian Blue dibuat dari reaksi kimia antara larutan alkali ferro-sianida dan larutan jenuh besi III klorida. Kombinasi dari ion ferri yang berasal dari larutan jenuh besi III klorida dan ion ferro sianida membentuk pigmen warna yang memiliki warna biru tua. Prussian Blue bersifat non-toksik (tidak beracun) dan justru bisa digunakan sebagai obat. (Kontroversi keterangan saksi ahli Prof. Beng Beng Ong pada Persidangan Jessica Kumala Wongso) (Priyantoamak;2011).
Prussian Blue digunakan secara luas dalam berbagai bidang. Pengguna terbesar dari pigmen ini adalah industri cat dan tinta cair, pembiru pakaian putih saat dibilas (laundry blue atau blau).
Prussian Blue juga digunakan sebagai obat bagi beberapa jenis keracunan logam berat, misalnya keracunan yang disebabkan oleh logam thalium dan isotop radioaktif cesium. Untuk pengobatan keracunan, Prussian Blue diberikan secara oral (Priyantoamak;2011).

C.     Cara Pembuatan Sianida

Sianida yang beredar di pasaran umumnya merupakan senyawa natrium sianida, potassium sianida, calcium cyanamide, ferro sianida, ferri sianida, dan Biru Prusia (Prussian Blue). Senyawa natrium dan kalium sianida memiliki sifat racun yang sangat kuat. Senyawa kalsium sianida digunakan sebagai pupuk pertanian, dan memiliki tingkat racun yang relatif tinggi jika masuk ke tubuh melalui oral. Senyawa kompleks Ferro dan ferri sianida bersifat low toksik, karena memiliki ikatan kimia antara ion besi dan sianida yang sangat kuat. Adapun Prussian Blue merupakan senyawa kimia sianida tidak beracun (non-toksik) dan aman digunakan secara oral (Priyantoamak;2011).
Pembuatan Hidrogen Sianida
Proses pembuatan asam sianida (HCN) yang paling sering dilakukan menggunakan metode oksidasi Andrussow, yang diciptakan oleh Leonid Andrussow, dimana metana, amonia, dan oksigen, yang menggunakan katalis platina, bereaksi pada suhu sekitar 1200 ° C (Priyantoamak;2011).
2 CH4 + 2 NH3 + 3 O2     →    2 HCN + 6 H2O                                            ………………………….(iii)
Energi yang dibutuhkan untuk reaksi ini berasal dari panas yang timbul akibat reaksi oksidasi parsial metana dan amonia.
Proses pembuatan HCN lainnya adalah proses Degussa (BMA proses) di mana tidak ada oksigen ditambahkan dan energi harus ditransfer secara tidak langsung melalui dinding reaktor (Priyantoamak;2011).
CH4 + NH3     →     HCN + 3 H2                                                                       ……………..……………….(iv)
Asam hidrosianat (HCN) juga bisa diekstrak dari daun, bunga, atau umbi-umbian dari tanaman beracun yang memiliki cyanohydrins, dengan cara hidrolisis yang diikuti proses pengasaman dan penyulingan (Priyantoamak;2011).
Pembuatan Sodium Sianida
Pada awal mulai diproduksinya sodium sianida, system produksi menggunakan proses Castner-Kellner, yang merupakan reaksi kimia antara natrium amida dan karbon pada suhu tinggi.
NaNH2 + C   →    NaCN + H2                           ……………….……………(v) (Priyantoamak;2011)
Perkembangan teknologi membuat proses yang menggunakan metode Castner-Kellner menjadi kuno, dan digantikan oleh proses yang lebih efisien. Saat ini sodium sianida diproduksi melalui reaksi kimia substitusi antara hidrogen sianida dengan natrium hidroksida: (Priyantoamak;2011)
HCN + NaOH   →    NaCN + H2O                                  ………………..(vi)
Karena garam ini berasal dari asam lemah dan basa kuat, maka senyawa NaCN mudah beralih ke HCN pada saat dilakukan hidrolisis. Meskipun pada pH yang tinggi dalam larutannya, sebagian kecil dari sianida tetap terlepas dan membentuk gas hydrogen sianida yang berbau seperti almond pahit (tidak semua orang bisa mencium bau khas ini). Sodium sianida bereaksi cepat dengan asam kuat, melepaskan gas hidrogen sianida yang jumlahnya sebanding dengan ion hydrogen yang ditambahkan. Gas HCN yang terlepas bersifat sangat toksik dan dapat menyebabkan kematian (Priyantoamak;2011).
Sodium sianida juga bisa dihasilkan dari senyawa kalsium sianamida (calcium cyanamide Ca(CN)2) melalui 2 tahapan reaksi kimia sebagai berikut : (Priyantoamak;2011)
Ca(CN)2 + 2 HX (l)    →    CaX + 2 HCN (l)                             ………………………(vii)
2 HCN (l) + NaOH (l)     →       NaCN (l) + H2O (aq)               ………………………(viii)
Alkali Sianida juga bisa diproduksi dari proses hidrolisis senyawa cyanohydrins yang berasal dari tanam-tanaman, yang diikuti beberapa proses lainnya, dan diakhiri melalui proses stabilisasi menggunakan larutan NaOH atau KOH (Priyantoamak;2011).

D.      Ciri-Ciri Keracunan Sianida

Keracunan sianida terjadi ketika organisme hidup terkena senyawa yang menghasilkan ion sianida (CN-) ketika dilarutkan dalam air. senyawa sianida yang beracun umum termasuk gas hidrogen sianida dan sianida padatan kristal kalium, natrium sianida, dan calcium cyanamide. Ion sianida menghentikan respirasi sel dengan menghambat enzim sitokrom c oksidase yang berada di dalam mitokondria (Priyantoamak;2011).
Keracunan sianida biasanya sulit dideteksi secara visual. Efek dari menelan sianida sangat mirip dengan efek dari mati lemas, karena sianida menghentikan kemampuan sel-sel tubuh dalam menggunakan oksigen, suatu zat yang sangat vital untuk kehidupan sel tubuh. Gejala-gejala keracunan sianida sangat mirip dengan kekurangan oksigen yang dialami ketika hiking atau mendaki di ketinggian (Priyantoamak;2011).
Pada dosis yang lebih rendah, kehilangan kesadaran seseorang mungkin didahului oleh kelemahan umum, pusing, sakit kepala, vertigo, kebingungan, dan kesulitan bernafas. Pada tahap pertama dari ketidaksadaran, pernapasan seringkali cukup atau bahkan cepat, meskipun keadaan korban berlangsung menuju koma, kadang disertai edema paru, dan pada akhirnya menyerang jantung (Priyantoamak;2011).
Biasanya, konsumsi akut akan memiliki dramatis, onset yang cepat, mempengaruhi jantung dengan cepat dan dapat menghentikan detak jantung secara tiba-tiba. Keracunan sianida juga dapat langsung mempengaruhi otak dan menyebabkan kejang atau koma. Jika sianida yang dihirup menyebabkan koma dengan kejang, apnea, dan serangan jantung, kematian sudah dalam hitungan detik. Sianida tidak langsung menyebabkan sianosis. Dosis fatal bagi manusia bisa terjadi mulai dari 1,5 mg / kg berat badan. Berat tubuh sekitar 50 kg mungkin bisa mengalami kematian jika menelan minimum 75 mg sianida (Priyantoamak;2011).
Kulit orang yang terkena racun sianida sianida kadang-kadang bisa menjadi sangat merah muda atau merah ceri, dan berubah menjadi gelap, yang disebabkan oksigen yang tertinggal di dalam darah dan tidak masuk ke dalam sel. Penderita mungkin juga bernapas sangat cepat dan memiliki detak jantung sangat cepat atau sangat lambat. Terkadang napas seorang yang keracunan bisa berbau seperti almond pahit, meskipun ini mungkin sulit dideteksi (Priyantoamak;2011).

E.       Cara Menetralisir Racun Sianida

Sianida bisa dinetralisir menggunakan beberapa jenis senyawa kimia. Pencegahan pencemaran sianida di perairan bisa dilakukan menggunakan beberapa jenis bahan kimia. Demikian juga dengan keracunan sianida pada manusia, yang juga bisa disembuhkan menggunakan beberapa jenis bahan kimia (Priyantoamak;2011).

Penetralisiran Kontaminasi Sianida di Perairan Yang Tercemar Perairan yang tercemar oleh sianida bisa dinetralkan menggunakan senyawa-senyawa kimia, antara lain ; hydrogen peroksida H2O2, besi II sulfat atau besi II klorida, besi II hidroksida, klorinasi pada pH tinggi, dan menggunakan cahaya ultraviolet dari matahari (Priyantoamak;2011).

Hidrogen Peroksida
Efek racun dari sianida bisa dikurangi atau dinetralisir menggunakan larutan hydrogen peroksida (H2O2). Proses ini umumnya dilakukan di industry penambangan emas, yang menggunakan sianida sebagai pelarut bijih emas. Detoksifikasi menggunakan H2O2 juga dilakukan pada industri pelapisan emas pada perhiasan emas, dan beberapa industry yang menggunakan sianida sebagai salah satu bahan kimia dalam proses produksinya. Pada proses detoksifikasi sianida menggunakan H2O2, sianida bereaksi dengan peroksida menghasilkan senyawa baru NaOCN yang kurang beracun, dan air (Priyantoamak;2011).
NaCN + H2O2    →      NaOCN + H2O                              …………….…………………(ix)
Hidrogen peroksida tak bisa digunakan untuk mengobati pasien yang terpapar racun sianida, karena memiliki karakter reaksi yang bisa membahayakan tubuh manusia (Priyantoamak;2011).

Pengobatan Penderita Keracunan Sianida

      Senyawa sianida tidak menimbulkan efek yang berarti terhadap kulit luar seseorang. Jika pun terjadi iritasi atau gatal-gatal, hal itu lebih disebabkan oleh senyawa alkali hidroksida (NaOH atau KOH) yang bercampur bersama alkali sianida. Kulit yang terkena alkali sianida (NaCN atau KCN) akan terasa licin pada saat basah, yang lama-kelamaan berubah menjadi agak lengket pada saat kulit yang terkena mendekati kering. Membersihkan bagian kulit yang terpapar cairan sianida bisa dilakukan menggunakan air yang dikombinasi dengan sabun, dilanjutkan pembilasan menggunakan air bersih dalam jumlah yang banyak, hingga bagian kulit yang terkena sudah tak terasa licin dan lengket(Priyantoamak;2011).
      Racun sianida bisa masuk ke dalam tubuh bisa melaui mulut, hidung, dan suntikan ke dalam darah. Sianida yang masuk bereaksi dengan cepat di dalam darah, dan dalam dosis yang cukup sangat bisa menimbulkan efek kematian. Hingga kini telah ditemukan beberapa jenis senyawa kimia yang mampu mengobati keracunan sianida. Senyawa-senyawa kimia tersebut dijelaskan pada bagian berikut ini (Priyantoamak;2011).
Nitrite
Pada proses netralisasi racun sianida menggunakan ion nitrit (NO2), nitrit mengoksidasi sebagian dari senyawa besi dalam hemoglobin, mengubah ion besi II menjadi besi III, yang mengakibatkan terkonversinya hemoglobin menjadi methemoglobin.
Methemoglobin yang terbentuk selanjutnya bereaksi dengan sianida, membentuk cyanmethemoglobin. Reaksi ini simultan dengan terlepasnya sianida dari enzim sitokrom oksidase. Pengobatan dengan nitrit tidak berbahaya karena methemoglobin tidak dapat membawa oksigen, dan efek methemoglobinemia yang terbentuk bisa diobati menggunakan biru metilen  (Priyantoamak;2011).
Hydroxocobalamin
Hydroxocobalamin (vitamin B12) bisa digunakan untuk pengobatan penderita keracunan sianida. Cara kerja dari vitamin B12 adalah reaksi kimia substitusi yang terjadi antara ligand hydroxo dari hydroxocobalamin dengan ion sianida, membentuk senyawa cyanocobalamin yang tak beracun, yang juga masih merupakan jenis lain dari vitamin B12 (Priyantoamak;2011).
Thiosulfate
Sodium thiosulfate (Na2S2O3) atau calcium thiosulfate (CaS2O3) bisa digunakan sebagai obat pada penderita keracunan sianida ringan. Thiosulfate bereaksi dengan sianida, membentuk senyawa baru thiocyanate (SCN) yang relatif kurang beracun. Penggunaan thiosulfate pada penderita akut kurang efektif, disebabkan lambatnya laju reaksi antara ion thiosulfate dan sianida dalam darah. Agar thiosulfate bisa efektif digunakan untuk pengobatan penderita yang terpapar sianida akut, maka dosis thiosulfate harus ditingkatkan, dan dikombinasikan secara simultan dengan asupan ion nitrit (Priyantoamak;2011).
4-Dimethylaminophenol
4-dimethylaminophenol (4-DMAP) bisa digunakan sebagai penangkal untuk racun sianida dan hidrogen sulfida yang masuk ke dalam tubuh. Zat ini bekerja seperti nitrit dalam pengobatan keracunan sianida, dimana hasil akhir adalah terbentuknya methemoglobin, yang selanjutnya berikatan dengan sianida membentuk senyawa cyanmethemoglobin. 4-dimethylaminophenol cocok digunakan untuk pertolongan darurat terhadap penderita keracunan berat, karena kemampuan zat ini menghasilkan methemoglobin yang banyak dalam waktu yang sangat singkat. Pengobatan menggunakan 4-dimethylaminophenol harus ditindaklanjuti dengan pengobatan menggunakan kombinasi thiosulfate dan cobalamin (Priyantoamak;2011).
Dicobalt Edetate (DicobaltEDTA)
Ion kobalt juga dapat mengikat sianida. Saat ini telah diedarkan obat penangkal keracunan sianida yang berbasis kobalt dengan nama dicobalt edetate atau dicobalt-EDTA, dijual dengan nama dagang Kelocyanor. Dicobalt EDTA mengikat sianida dalam bentuk senyawa kobalt sianida. Meskipun dicobalt EDTA bekerja lebih cepat dan kuat dalam menangkal keracunan sianida, namun kesalahan diagnosa bisa menimbulkan efek yang serius, hal ini disebabkan sifat kompleks kobalt yang juga beracun. Karena efek samping racun kobalt, maka penggunaan senyawa ini hanya dianjurkan untuk pengobatan penderita yang mengalami serangan sianida berat. Terhadap keracunan sianida skala sedang, penggunaan nitrit dan thiosulfate jauh lebih disukai (Priyantoamak;2011).
Glukosa
Glukosa cocok digunakan bersamaan dengan pemberian dicobalt EDTA, nitrit, atau obat-obat penangkal keracunan sianida lainnya. Penggunaan glukosa yang bersamaan dengan dicobalt EDTA akan mampu menurunkan resiko racun sampingan yang telah ada pada dicobalt EDTA itu sendiri (Priyantoamak;2011).
3-Mercaptopyruvate
3-mercaptopyruvate sulfurtransferase (3-MPST) mengkonversi sianida menjadi tiosianat dalam jaringan tubuh yang jauh lebih luas dibanding enzim rhodanese. 3-MPST menggunakan katabolit sistein 3-mercaptopyruvate (3-MP). Namun karena ketidakstabilan 3-MP secara kimia, maka penggunaan 3-MPST dilakukan dalam bentuk senyawa sulfanegen natrium (2, 5-dihidroksi-1,4-dithiane-2,5-asam dikarboksilat garam disodium), yang terhidrolisi menjadi 2 molekul 3-MP setelah diberikan secara oral atau parenteral (Priyantoamak;2011).
Therapy Oksigen
Terapi oksigen bukan merupakan obat sianida, namun hanya membantu fungsi hati dalam melakukan metabolisme sianida pada dosis yang rendah. Perokok menghirup hidrogen sianida yang terkandung dalam asapnya, namun dengan bantuan oksigen sianida mampu dimetabolisme dengan cepat dalam hati, sehingga tak terjadi penumpukan sianida di dalam hati. Pada penderita keracunan sianida yang berat, penggunaan obat harus diikuti oleh penggunaan oksigen sebagai pembantu yang mempercepat proses penyembuhan.
Tingkat pengaruh racun sianida terhadap tubuh seseorang bergantung pada beberapa hal berikut ini : (Priyantoamak;2011)
1)      Berat tubuh seseorang yang terpapar racun. Dalam jumlah yang sama, pengaruh sianida lebih cepat terjadi pada orang yang memiliki bobot tubuh yang ringan, dibanding orang yang memiliki bobot tubuh yang lebih berat.
2)      Kondisi kesehatan saat sebelum terpapar racun sianida. Kondisi kesehatan yang baik membuat daya tahan tubuh yang juga jauh lebih baik. Pada kasus sianida yang masuk melalui mulut, kondisi asam lambung juga sangat mempengaruhi kecepatan penyebaran racun sianida di dalam tubuh. Senyawa alkali sianida yang masuk ke lambung akan bereaksi spontan dengan asam lambung, membentuk gas HCN yang memiliki toksisitas lebih tinggi dibanding senyawa-senyawa sianida lainnya.
3)      Tubuh seseorang yang baru saja mengkonsumsi penawar sianida semacam thiosulfat, vitamin B12, atau senyawa-senyawa kimia penawar sianida lainnya, memiliki ketahanan yang jauh lebih baik terhadap resiko keracunan sianida.

C.     Karbonat & Bikarbonat
Kelarutan semua karbonat normal dengan kekecualian karbonat dari logam-logam alkali serta ammonium, tidak larut dalam air, hidrogen karbonat atau bikarbonat dari kalsium, strontium, barium, magnesium dan mungkin dari besi, ada dalam larutan air, mereka terbentuk karena aksi oleh asam karbonat yang berlebih terhadap karbonat-karbonat normal, baik dalam larutan air atau suspensi dan akan terurai pada pendiaman larutan (Geovinayanna;2014).
Ion karbonat dan bikarbonat merupakan salah satu bagian dari golongan basa. Umumnya ion-ion ini banyak ditemukan pada batu kapur atau batu tulis yang digunakan sebagai campuran bahan-bahan bangunan. Dalam penentuan kadar ion karbonat dan ion bikarbonat dalam suatu cuplikan digunakan metode asidimetri. Titrasi asidimetri merupakan salah satu bagian analisis volumetri kuantitatif yang berdasarkan reaksi netralisasi. Titrasi asidimetri adalah titrasi netralisasi dengan menggunakan asam sebagai larutan standar Geovinayanna;2014).
Uji terhadap hidrogen karbonat dengan adanya karbonat normal dengan menambahkan kalsium klorida yang berlebihan kepada suatu campuran karbonat dan hidrogen karbonat, karbonat diendapkan secara kuantitatif: Dengan menyaring larutannya dengan tepat, ion-ion hydrogen karbonat lolos kedalam filtrat. Setelah menambahkan ammonia kepada filtrat, kita memperoleh  endapan  atau  keruhan  yang putih Geovinayanna;2014) .
Titrasi Ion Karbonat
Titrasi ion karbonat dan ion bikarbonat menggunakan indikator ganda Indikator adalah suatu zat yang warnanya tergantung pada pH larutan di mana zat tersebut ada di dalamnya . Indikator ganda tersebut yakni indikator fenolftalein dan metil orange.  asam karbonat yang pertama adalah 6, 3, 4 dan yang kedua adalah 10,36 sehingga perbedaannya adalah 4,02 satuan. Kita dapat mengharapkan patahan yang jelas di antara kedua kurva dalam kasus ini. Namun karena Ka terlalu kecil maka patahan pada titik ekivalen yang pertama terlihat parah. Biasanya, ion karbonat dititrasi sebagai basa dengan sebuah titran asam kuat, di mana dalam kasus ini dua patahan yang jelas didapat, seperti yang tergambar pada reaksi-reaksi:) (Geovinayanna;2014).
CO32- + H3O+    HCO3- + H2O
HCO3- + H3O+  H2CO3 + H2O
Reaksi di atas merupakan 2 tahapan dalam penentuan ion karbonat dan bikarbonat sehingga dapat dijelaskan sebagai berikut: (Geovinayanna;2014).
  1. Langkah pertama merupakan perubahan dari ion karbonat menjadi ion bikarbonat, maka  larutan kira-kira 8,2. Keadaan ini dapat diamati dengan bantuan indikator fenolftalain (trayek perubahan warna berkisar antara  8,2-10,5).
  2. Setelah langkah pertama berlangsung sempurna, maka ion bikarbonat yang terdapat dalam larutan campuan antara ion bikarbonat mula-mula dan ion bikarbonat menjadi asam karbonat.
            Garam dari asam karbonat yang mengandung ion karbonat , CO32- , ion bebasnya mempunyai struktur segitiga menyebidang. Karbonat logam dapat bersifat ionik atau dapat mengandung ikatan logam karbonat kovalen (karbonat kompleks) melalui satu atau dua atom oksigen. Karbonat dari logam alkali semua larut, tetapi karbonat lain tidak larut; semua bereaksi dengan asam mineral melepaskan karbon dioksida(Geovinayanna;2014)..
Campuran dari karbonat dan bikarbonat atau karbonat, dapat dititrasi dengan HCl standar sampai kedua titik titrasi. Fenolftalein bekerja sebagai indikator untuk titrasi tahap pertama dengan perubahan warna dari merah ke tidak berwarna. Metil orange bekerja sebagai indikator tahap kedua dengan perubahan warna dari kuning menjadi warna jingga atau kuning kemerahan. Fenolftalein dengan jangkauan pH 8,0 sampai 9,6 merupakan indikator yang cocok untuk titik akhir pertama, karena pH larutan NaHCO3 berjumlah 8,35. Metil Orange dengan jangkauan pH 3,1 – 4,4 cocok untuk titik akhir kedua. Suatu larutan jenuh CO2mempunyai pH kira-kira 3,9. Kedua titik akhir tersebut tidak satupun membentuk patahan yang sangat tajam(Geovinayanna;2014).
D.     Anion Nitrat
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan (Dadan Ahmad; 2016).
Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi ammonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob. Oksidasi ammonia menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas,sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh bakteri Nitrobacter. Kedua jenis bakteri tersebut merupakan bakteri kemotrofik, yaitu bakteri yang yang mendapatkan energi dari proses kimiawi (Dadan Ahmad; 2016).
  • Oksidasi nitrit menjadi ammonia ditunjukan dalam persamaan berikut (a)
  • Sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat ditujukan dalam persamaan (b).
                                        nitromonas
Advertisement
2NH3 + 3O2                  ————>              2NO2 + 2H+ + 2H2O             (a)
                                         nitrobakter
2NO2 + O2                    ————>                     2NO3                          (b)
(Effendi,2003)
Masuknya nitrat kedalam badan sungai disebabkan manusia yang membuang kotoran dalam air sungai, kotoran banyak mengandung amoniak. Kemungkinan lain penyebab konsentrasi nitrat tinggi ialah pembusukan sisa tanaman dan hewan, pembuangan industri, dan kotoran hewan. Pengotoran 1000 ternak sama dengan kotoran kota berpenduduk 5000 jiwa (Dadan Ahmad; 2016).
Nitrat menyebabkan kualitas air menurun, menurunkan oksigen terlarut, penurunan populasi ikan, bau busuk, rasa tidak enak. Nitrat adalah ancaman bagi kesehatan manusia terutama untuk bayi, menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai methemoglobinemia, yang juga disebut “sindrom bayi biru”. Air tanah yang digunakan untuk membuat susu bayi yang mengandung nitrat, saat nitrat masuk kedalam tubuh bayi nitrat dikonversikan dalam usus menjadi nitrit, yang kemudian berikatan dengan hemoglobin dan membentuk methemoglobin, sehingga mengurangi daya angkut oksigen oleh darah (Tresna, 2000).
Nitrat dalam air baku, dalam suasana asam, jika bereaksi dengan Brusin Sulfat dan Asam Sulfanilat, akan membentuk senyawa kompleks yang berwarna kuning. Warna kuning yang terjadi diukur intensitas absorbannya dengan spektrofoto meter pada panjang gelombang 410 nm. Senyawa N ( Nitrogen ) di alam terdapat dalam berbagai bentuk, yaitu N organik, N ammonia, N-NO3, N-NO2, dan gas N2. Bentuk – bentuk senyawa Nitrogen tersebut dipengaruhi oleh pH dan kondisi aerob – anaerob. Senyawa Nitrogen merupakan nutrien yang menjadi unsur utama dalam pertumbuhan dan reproduksi tanaman dan hewan, termasuk hewan dan tumbuhan air yang memperoleh unsur Nitrogen dari lingkungan air di sekitarnya.
Unsur N merupakan unsur utama dari protein, klorofil, dan banyak materi biologis yang lain. Senyawa N dapat diuraikan menjadi senyawa yang lebih sederhana melalui proses dekomposisi bakteri. Senyawa sederhana tadi adalah ammonia ( NH3 ) yang merupakan bentuk sederhana dari asam amino derivat dari senyawa protein. Jika di dalamnya terdapat oksigen maka ammonia ( NH3 ) dioksidasi menjadi nitrit ( NO2 ) dan dioksidasi lagi menjadi nitrat ( NO3 ). Jadi nitrat pada bahasan kita kali ini berasal dari beberapa proses yang panjang (Dadan Ahmad; 2016).
Telah disebutkan di atas bahwa nitrat ( NO3 ) berasal dari oksidasi senyawa Nitrogen. Oksidasi ini dapat berlangsung dengan bantuan bakteri tanah. Bakteri tanah ini masuk atau terbawa ke badan air tanah oleh proses perkolasi air. Sedangkan untuk air permukaan, bakteri tanah yang membantu proses oksidasi senyawa N menjadi nitrat tadi, berasal dari limpasan  permukaan yang membawa serta lapisan tanah yang mengandung humus (Dadan Ahmad; 2016).
Nitrat ( NO3 ) merupakan bentuk inorganik dari derivat senyawa Nitrogen. Senyawa nitrat ini biasanya digunakan oleh tanaman hijau untuk proses fotosintesis. Sedangkan kaitan hal tersebut dengan pencemaran terhadap badan air, nitrat pada konsentrasi tinggi bersama – sama dengan phosphor akan menyebabkan algae blooming sehingga menyebabkan air menjadi berwarna hijau ( green-colored water ) dan penyebab eutrofikasi (Dadan Ahmad; 2016).
Telah disebutkan bahwa Nitrogen adalah unsur utama protein, sehingga nitrat ( NO3 ) sebagai derivat Nitrogen juga sebagai unsur penting dalam protein. Dalam halini nitrat sangat dibutuhkan untuk sintesa protein hewan dan tumbuhan. Adapun sumber nitrat yang mencemari badan air bermacam – macam, yaitu berasal dari industri bahan peledak, industri pupuk, dll (Dadan Ahmad; 2016).
Nitrat ( NO3 ) sebagai derivat nitrogen, berasal dari proses oksidasi yang panjang. Untuk nitrat berasal dari oksidasi N-ammonia ( NH3 ). Senyawa NH3 ini merupakan senyawa yang paling banyak ditemukan di air buangan. Untuk membentuk nitrat ( NO3 ), senyawa NH3 ini dioksidasi secara biologis, jika ada oksigen. Proses oksidasi untuk pembentukan nitrat ini dibantu oleh bakteri nitrifikasi yaitu Nitrosomonas dan Nitrobakter. Proses oiksidasi ini disebut proses Nitrifikasi, yang terjadi dalam dua tahap, yaitu : (Dadan Ahmad; 2016)
                                                            Nitrosomonas
NH3 + oksigen                 ———————————>            NO2 + energy
                                                             Nitrobakter
NO2 + oksigen              ———————————–>             NO3 + energy
Selain NH3, senyawa NH4+ dapat pula dioksidasi menghasilkan nitrat. Adapun reaksinya juga terjadi dalam dua tahap, yaitu :
                                                      Nitrosomonas
2 NH4+ + 3 O2                        —————————>    2 NO2 + 4 H+ + 2 H2O
                                                    Nitrobakter
                    2 NO2 + O2      ————————–>        2 NO3
Nitrifikasi ini terjadi pada pengolahan biologis sekunder pada kondisi “low organic loading” dan temperatur hangat. Proses ini menyediakan effluen yang lebih stabil tetapi nitrifikasi ini biasanya dihindari untuk menirunkan kadar BOD dan untuk mencegah peluapan lumpur pada final clarifier. Peluapan lumpur ini disebabkan oleh padatan lumpur diapungkan oleh gelembung gas nitrogen yang dibentuk oleh hasil dari reduksi nitrat (Dadan Ahmad; 2016).
Nitrifikasi yang trejadi pada pengolahan biologis dapat menghasilkan perubahan NH3 atau NH4+ menjadi nitrat, asalkan prosesnya aerob dan periode pengolahan biologis cukup lama (Dadan Ahmad; 2016).
Nitrat biasanya dianalisa menggunakan tes air minum. Untuk kadar nitrat dalam air alami maupun air olahan seringkali ditetapkan dengan teknik kolorimetri ( di sini dipakai spektrofotometer ). Sebagai contoh, tes yang umum untuk nitrat adalah metode asam Phenoldisulfanilat. Intensitas warna kuning yang di hasilkan oleh reaksi antara asam Phenoldisulfanilat tadi dengan nitrat, berhubungan dengan konsentrasi nitrat secara langsung. Warna yang di hasilkan dalam spesimen yang tak diketahui dapat dibandingkan dengan corak warna larutan yang dihasilkan dengan konsentrasinya diketahui menggunakan tabung Nessler, filterfotometer, atau spektrofotometer (Dadan Ahmad; 2016).
Telah disebutkan bahwa tes nitrat dipakai dalam analisa air minum, sebab tes nitrat ( juga tes nitrit ) pada air buangan lebih sulit untuk dilakukan. Hal ini disebabkan konsentrasi yang tinggi dari substansi penggganggu, seperti Chlorida dan zat organik. Selain dipakai hanya untuk sampel air minum atau air bersih, tes nitrat juga dipakai untuk analisa air buangan yang telah diolah. Hasil analisa nitrat biasanya dinyatakan dalam miligram Nitrogen perliter (Dadan Ahmad; 2016).
Konsentrasi senyawa nitrat yang boleh ada dalam air minum adalah tidak lebih dari 10 mg N / liter. Jika konsentrasi nitrat di atas 10 mgN/liter, maka akan bersifat racun. Nitrat ini bersifat racun pada bayi hewan, termasuk juga manusia yang dapat menyebabkan problem serius dan bahkan kematian. Faktanya, asiditas yang rendah dalam organ usus bayi mendukung pertumbuhan bakteri pereduksi nitrat yang mengubah nitrat menjadi nitrit, yang kemudian diabsorbsi ke dalam pembuluh darah. Hal ini menyebabkan kekurangan oksigen sebab tubuh menolak masukan oksigen, hasilnya tubuh akan berubah warna menjadi kebiru – biruan. Keracunan nitrat ini disebut sebagai sindroma blue baby karena perubahan warna tadi, ini merupakan istilah yang umum dipakai walaupun istilah sebenarnya adalah methemoglobinemia. Jadi adanya nitrat pada air minum walaupun dalam kadar normal tetap harus diwaspadai (Dadan Ahmad; 2016).
.Nitrit dan nitrat adalah dua molekul yang berbeda yang terdiri dari baik nitrogen dan oksigen. Perbedaan kimia antara nitrit dan nitrat adalah berapa banyak atom oksigen yang hadir pada masing-masing senyawa (Dadan Ahmad; 2016).
Nitrit memiliki dua atom oksigen dan satu nitrogen, sedangkan nitrat memiliki tiga atom oksigen. Hal ini dimungkinkan untuk nitrat berubah menjadi nitrit dengan kehilangan atom oksigen, dan sebaliknya bisa terjadi juga. Nitrat sering ditemukan dalam pupuk, dan keduanya nitrit dan nitrat adalah umum digunakan dalam berbagai proses pengawetan makanan seperti pembuatan sosis (Dadan Ahmad; 2016).
Baik nitrit dan nitrat merupakan ion bermuatan negatif, yang berarti bahwa proton yang dikombinasikan dalam molekul ini kalah oleh elektron. Jenis ion disebut sebagai anion karena muatan listrik negatif. Jenis lain dari ion adalah kation bermuatan positif, dengan molekul nitrit dan nitrat cenderung tertarik. Yang dapat memungkinkan molekul nitrit atau nitrat untuk mencapai keseimbangan netral muatan bila dikombinasikan dengan kation. Faktor lain yang dimiliki kesamaan kedua molekul ini adalah bahwa mereka berdua terdiri dari nitrogen dan oksigen (Dadan Ahmad; 2016).
Perbedaan yang paling mendasar antara molekul nitrit dan nitrat adalah bahwa mereka berdua mengandung nitrogen dan oksigen, dengan jumlah atom oksigen yang berbeda. Baik molekul nitrat dan nitrit mengandung satu atom nitrogen, tetapi nitrat memiliki tiga atom oksigen dan nitrit hanya memiliki dua. Meskipun perbedaan ini, adalah mungkin untuk nitrit dan nitrat masing-masing secara kimia berubah menjadi yang lain dengan memperoleh atau kehilangan molekul oksigen (Dadan Ahmad; 2016).
Nitrat yang paling sering digunakan sebagai komponen dalam pupuk, karena mereka menawarkan bentuk nitrogen yang mudah diambil oleh banyak tanaman. Penggunaan umum lainnya termasuk pembuatan kaca dan bahan peledak, yang mengapa pupuk kadang-kadang digunakan dalam bom rakitan. Di alam, nitrat diproduksi oleh bakteri dengan mengikat atom nitrogen dan oksigen ke dalam molekul. Molekul-molekul ini kemudian digunakan oleh tanaman dan kemudian dimakan oleh hewan, yang mengandalkan nitrat untuk membuat protein. Mikroorganisme lain dalam lingkungan mampu mereduksi nitrat menjadi nitrit, dan kemudian menjadi nitrogen dan komponen atom oksigen (Dadan Ahmad; 2016).
Salah satu kegunaan utama untuk nitrit dalam berbagai proses pengawetan makanan. Hal ini berguna untuk curing daging karena fakta bahwa ia dapat menjaga bakteri dari berkembang, dan juga memiliki efek sekunder untuk mengubah warna kemerahan pada daging. Hal ini disebabkan dengan cara bahwa nitrit bereaksi terhadap mioglobin yang hadir dalam daging. Nitrit juga dapat memiliki reaksi dengan hemoglobin dalam tubuh manusia, mengubahnya menjadi methemoglobin yang tidak mampu berikatan dengan oksigen. Jumlah nitrit yang hadir dalam makanan biasanya diatur untuk alasan ini (Dadan Ahmad; 2016).
E.      Anion platina
Platina adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Pt dan nomor atom 78. Logam transisi putih abu-abu ini padat, lunak, ulet, sangat tidak reaktif, dan berharga. Namanya berasal dari istilah Spanyol platina, yang jika diterjemahkan secara harfiah berarti "perak kecil".
Platina adalah anggota unsur golongan platina dan unsur dalam golongan 10 pada tabel periodik. Ia memiliki enam isotop alami. Logam ini adalah salah satu unsur langka di kerak bumi dengan kelimpahan rata-rata sekitar 5 μg/kg. Ia terdapat dalam beberapa bijih nikel dan tembaga bersama dengan beberapa deposit alami, sebagian besar di Afrika Selatan, yang menyumbang 80% dari produksi dunia. Karena kelangkaan dalam kerak bumi, hanya beberapa ratus ton yang diproduksi setiap tahun, dan memberikan manfaat penting, logam ini menjadi sangat berharga dan merupakan komoditas logam mulia[n 1] utama.
Platina adalah logam yang paling kurang reaktif. Daya tahannya yang mengagumkan terhadap korosi, bahkan pada suhu tinggi, membuatnya dinobatkan sebagai logam mulia. Konsekuensinya, platina sering ditemukan sebagai unsur platina alami. Oleh karena ia terdapat secara alami dalam pasir aluvium di berbagai sungai, maka ia digunakan pertama kali oleh penduduk asli Amerika Selatan pra-Kolombia untuk membuat artefak. Tulisan Eropa merujuk pada abad ke-16, tetapi laporan Antonio de Ulloa yang mempublikasikan logam baru di Kolombia pada tahun 1748 menjadi obyek penelitian para ilmuwan.
Platina digunakan dalam pengubah katalitik, peralatan laboratorium, kontak listrik dan elektrode, termometer resistensi platina, peralatan kedokteran gigi, dan perhiasan. Oleh karena termasuk logam berat, platina memiliki masalah kesehatan jika terpapar garamnya, namun karena ketahanannya terhadap korosi, platina tidak beracun seperti beberapa logam lainnya  Senyawa yang mengandung platina, seperti sisplatin, oksaliplatin dan karboplatin, digunakan dalam kemoterapi untuk melawan kanker jenis tertentu
a)      Kegunaan Platina
Platinum digunakan besar-besaran sebagai perhiasan wanita, kawat, dan bejana untuk aplikasi laboratorium dan banyak instrumen berharga lainnya termasuk termokopel. Platinum juga digunakan untuk bahan kontak listrik, peralatan tahan korosi dan kedokteran gigi.
Alloy platinum-kobal memiliki sifat magnetis. Salah satunya terdiri dari 76.7% berat Pt dan 23.3% berat Co, merupakan magnet yang sangat kuat hampir dua kali lipat dari Alnico V. Ketahanan kawat platinum digunakan untuk membuat tungku listrik bersuhu tinggi.
Platinum digunakan untuk melapisi kerucut misil, kerucut bensin mesin jet dan lain-lain, yang mengandalkan ketahanan pada suhu tinggi untuk waktu yang sangat lama. Logam ini, seperti palladium, menyerap sejumlah besar hidrogen, menahannya pada suhu biasa dan melepaskannya ketika dipanaskan.
Dalam kondisi yang sangat halus, platinum merupakan katalis yang sempurna, yang banyak digunakan untuk menghasilkan asam sulfat. Juga digunakan sebagai katalis dalam pemecahan produk minyak bumi. Platinum juga banyak diminati untuk dimanfaatkan sebagai katalis dalam sel bahan bakar dan peralatan anti polusi untuk mobil.
Anoda platinum digunakan secara ekstensif dalam sistem perlindungan katoda untuk kapal besar dan bejana yang melewati lautan, pipa, baja dermaga dan lain-lain. Kawat platinum yang sangat halus akan berkilau merah terang bila ditempatkan dalam uap metil alkohol, di mana platinum berperan sebagai katalis, untuk mengubah alkohol menjadi formaldehida. Fenomena ini digunakan secara komersial untuk memproduksi pemantik api rokok dan penghangat tangan. Hidrogen dan oksigen dapat meledak dengan adanya platinum.
b)      Reaksi – reaksi Kimia Platina
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, platina kebal terhadap hampir semua jenis oksidator. Platina tahan terhadap seluruh jenis larutan asam (kecuali HCN), dan tahan terhadap hampir semua larutan basa (kecuali NaOH). Platina larut oleh gas klorin (gas klor Cl2) yang berasal dari air raja, membentuk senyawa kompleks H2Pt(Cl)6; pada suhu kamar laju pelarutan berlangsung lambat, dan meningkat bila mengalami pemanasan. Reaksinya sebagai berikut ,(Bertekin.com;2016).
Pt(s) + 4HNO3 (l) + 6HCl (l)  →  H2Pt(Cl)6 (l) + 4NO2 (g) + 4H2O(aq) …….(i)
Reaksi di atas menyimpang dengan adanya logam atau senyawa thalium di dalamnya. (Bertekin.com;2016)
Pt (s)  +  TlCl2 (l)  +  4 HNO3 (l)  +  6 HCl (l)  →  TlPt(Cl)6 (s) +  4 NO2 (g)  +  2 HCl (l)  +  4 H2O (aq)   …….(ii)
Pada reaksi (ii), platina tak jadi larut, melainkan membentuk endapan berwarna kuning dengan adanya thalium pada saat berlangsungnya reaksi pelarutan, atau jika senyawa thalium ditambahkan ke media reaksi seteleh berlangsungnya reaksi pelarutan platina. Endapan TlPt(Cl)6 berwarna kuning telur. Larutan H2Pt(Cl)6 (heksakloroplatinat) bisa dipresipitasi menggunakan ammonium klorida (NH4Cl), membentuk senyawa tak larut ammonium heksakloroplatinat (NH4)2Pt(Cl)6. Reaksi pengendapan berlangsung seperti reaksi kimia (ii). (Bertekin.com;2016)
Platina juga larut oleh sianida membentuk anion kompleks Pt(CN)42-. Reaksinya seperti berikut ini ;
2 Pt(s)  +  8 NaCN (l)  +  O2 (g)  +  2 H2O (aq)  →  2 Na2[Pt(CN)4] (l)  +  4 NaOH (l)   ………..(iii)
Reaksi (iii) berlangsung sangat lambat. Laju reaksi meningkat jika dilakukan pemanasan (Bertekin.com;2016).

Thank You 
by; KAHARUDDIN

1 komentar:

  1. 1xbet korean bitcoin deposit bonus
    1xbet korean deccasino bitcoin deposit bonus หารายได้เสริม 1xbet 1xbet korean korean bitcoin deposit bonus 1xbet korean bitcoin deposit bonus - Latest 2021.

    BalasHapus

Smoga Bermanfaat